Bos Telegram Tahu ISIS Pakai Layanan Sebelum Teror Paris

Pavel Durov, pendiri aplikasi Telegram
Sumber :
  • Facebook/Pavel Durov

VIVA.co.id - Kelompok militan ISIS memakai aplikasi messaging terenkripsi, Telegram, untuk menghindari pengawasan penegak hukum. Usai teror Paris, banyak desakan agar aplikasi Telegram menutup saluran dan akun milik kelompok tersebut.

Memang, akhirnya Telegram, Kamis kemarin, mengumumkan telah menutup setidaknya 78 saluran yang terkait ISIS.

"Kami terganggu untuk mendalami saluran publik Telegram yang dipakai ISIS untuk menyebarkan propaganda mereka," tulis perusahaan dikutip Engadget, Jumat 20 November 2015.

Telegram mengaku menemukan saluran tersebut dan memblokir berdasarkan laporan pengguna.

Dalam keterangannya, Telegram mengatakan perusahaan menyediakan chatting dan grup chatting yang privat. Namun perusahaan itu akan memproses komunikasi dan pengguna yang menyebarkan pesan terorisme.

Bertemu Menteri Australia, Yasonna Bahas Soal Terorisme

"Sementara kami memblokir akun robot dan saluran teroris, kami tidak akan memblokir setiap orang yang secara damai mengekspresikan opini alternatifnya," kata perusahaan.

Tapi ternyata, Telegram sudah tahu bahwa layanan mereka dipakai oleh ISIS, sebelum terjadinya teror Paris akhir pekan lalu. Hal itu dengan tegas disampaikan oleh pendiri Telegram, Paul Durov dalam sebuah talkshow TechCrunch Disrupt pada akhir September 2015.

Dalam talkshow tersebut, Durov ditanyakan mengenai perasannya bahwa layanan Telegram dipakai kelompok ISIS. Tapi saat itu, ia mengaku tidak bisa berbuat apa-apa sebab layanan mereka memang punya visi menjaga privasi pengguna.

Dalam diskusi, Durov mengakui memang ISIS menggunakan layanan Telegram.

"Saya pikir privasi. Pada akhirnya hak privasi lebih penting dari ketakutan kita atas hal buruk yang terjadi, seperti terorisme," kata Durov saat itu.

Dia berpandangan pada akhirnya ISIS akan menemukan cara berkomunikasi yang cukup nyaman bagi mereka. Dia mengatakan, jika memang layanan Telegram tidak aman bagi mereka, ISIS pasti akan beralih ke layanan yang lainnya.

"Jadi saya pikir kami sebenarnya mengambil bagian dari aktivitas ini. Saya tak berpikir kami harus merasa bersalah atau salah atas ini. Saya masih berpikir kami melakukan hal yang benar, melindungi pengguna kami," kata dia.

Pada diskusi itu ia mengatakan persoalan layanan terenkripsi itu digunakan untuk apa saja. Menurutnya, itu dikembalikan kepada pengguna. Bagi dia, Telegram hanya menyediakan layanan yang aman dan menghormati privasi pengguna.

"Benar, bahwa ada aplikasi open source yang anda bisa kembangkan menggunakan enkripsi end to end. Anda bisa menginstalnya, itu tersedia. Teknologi ini sudah ada dan itu tergantung kita bagaimana kita menggunakannya," kata dia.

Polisi Antiteror Kanada.

Gelar Operasi Antiteror, Polisi Kanada Lumpuhkan Tersangka

Tersangka bernama Aaron Driver dan ia bertindak tunggal.

img_title
VIVA.co.id
11 Agustus 2016