VIVA.co.id – Tak dipungkiri, hadirnya era digital mengharuskan media massa 'bertarung' agar bisa bertahan. Media cetak menyesuaikan dengan era daring atau online.
Namun, menurut Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, media cetak tidak mesti seutuhnya berpindah ke digital. Sebab, media cetak tetap dibutuhkan oleh kalangan tertentu.
"Merujuk kepada bisnis media cetak, bisnis tidak akan berkembang besar, tapi tetap ada. Saya berharap, dengan 'Sinyal Magz' reborn, tetap akan ada segmen, beberapa stakeholder membutuhkan media cetak, tidak bisa hilang seluruhnya," ujar Rudiantara saat talkshow bertajuk 'Teknologi Digital Membuat Media (Cetak) Lebih Hidup' yang diselenggarakan Sinyal Magz di Kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis 16 Maret 2017.
Pria yang akrab disapa Chief RA itu mengatakan, ada langkah yang bisa diambil oleh media cetak yakni ‘economy of scale'. Cara ini perlu pertimbangan dari para pelaku bisnis media cetak untuk berkolaborasi atau patungan guna tetap menghidupkan media berbasis cetak.
"Kalau kompak aja, ini barang hidup, kalau ada, mikir ke sana," tutur Rudiantara.
Selanjutnya, langkah yang mesti diambil terkait siapa yang memimpin bisnis media itu. Kebanyakan, menurut dia adalah dari kalangan wartawan.
"Pengalaman, saya kenal wartawan. Wartawannya keluar membuat media sendiri, tapi satu pun tidak ada yang sukses. Yang sukses orang manajemen, ahli keuangan. Mengelola dengan insting wartawan, beda dengan insting bisnis. Hanya segelintir orang yang sukses," kata Rudiantara.
Mengenai tantangan bagi pelaku bisnis media online, menurut Rudiantara, mereka pun harus saling kuat di platform media sosial, seperti Facebook, Youtube, dan lainnya. (art)
