Kenapa Situs Porno Terbesar Pasang Enkripsi

Ilustrasi situs pornografi di internet.
Sumber :
  • VIVAnews/Muhammad Firman

VIVA.co.id – Wesbite porno terbesar dunia berbasis di Amerika Serikat memutuskan akan mengenkripsi platform mereka. Langkah itu dilakukan untuk melindungi privasi pengguna dan pecinta konten dewasa di platform tersebut. 

Densu Tanya Tentang Nonton Film Porno dengan Pasangan, Ini Jawaban Ustaz Khalid Basalamah

Website porno terkenal  itu akan mengaktifkan enkripsi lantaran keputusan Kongres AS yang mengizinkan penyedia layanan internet berbagi dan menjual data riwayat akses pengguna. 

Dikutip dari Washington Post, Jumat 31 Maret 2017, dalam pengumumannya Kamis kemarin, website porno terkenal itu akan mengadopsi Hypertext Transfer Protocol Secure (HTTPS). Diketahui, HTTPS merupakan protokol komunikasi internet yang melindungi integritas dan kerahasiaan data pengguna antara komputer pengguna dan situs. Dengan mengadopsi HTTPS, maka website porno itu menjaga pengguna dari upaya penyadapan daring.

PN Jaksel Bakal Putuskan Gugatan Praperadilan Siskaeee Besok

"Dengan beralih ke HTTPS, kami melindungi identitas dan menjaga mereka (pengguna) dari malware pihak ketiga," ujar petinggi website porno tersebut, Corey Price. 

Dia mengatakan, sejatinya proses enkripsi layanan sudah dilakukan website porno itu sejak beberapa bulan lalu. Langkah mengadopsi HTTPS, kata Price, makin menegaskan komitmen perusahaan atas privasi pengguna. 

Nasib 8 Anak Korban Kasus Produksi Film Porno Lintas Negara

Dengan HTTPS, ujarnya, pengguna konten 'syur' ini bisa meyakinkan data browsing pengguna telah terenkripsi dan dijamin tidak terlihat oleh siapa pun. 

"Dan untuk itu, data browsing tidak bisa dijual," ujarnya. 

Price mengatakan, adopsi enkripsi akan berlaku untuk semua platform website porno tersebut, termasuk ke anak perusahaan yang menjalankan bisnis konten dewasa. 

Dampak keputusan Kongres AS itu memang sangat mengancam privasi pecinta konten porno. Keputusan itu mengizinkan penyedia layanan internet bisa mengumpulkan dan menjual data riwayat browsing, informasi lokasi, sampai konten yang diakses pengguna. 

Ada yang mengkhawatirkan, pengumpulan informasi pengguna ini bisa dipakai untuk mengolah data kesehatan, finansial sampai preferensi seksual pengguna. (hd)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya