Karyawan Google yang Dipecat Lapor ke Depnaker AS

Mesin pencari Google.
Sumber :
  • REUTERS/Regis Duvignau

VIVA.co.id – Kasus pemecatan karyawan Google bernama James Damore, terkait memo internalnya setebal 10 halaman soal diskriminasi gender ternyata berbuntut panjang.

Google Plans to Charge for AI-powered Search Engine

Ia mengajukan keluhan tersebut ke Departemen Ketenagakerjaan Amerika Serikat (National Labor Relations Board/NLRB). Damore dipecat minggu lalu, lantaran menulis memo yang mengkritik perusahaannya anti-keberagaman.

Hal itu dinilai Google sebagai pelanggaran kode etik perusahaan. Laporan keluhan terhadap Google ini muncul dalam situs NLRB.

Siap-siap, Berselancar di Mesin Pencari Google Tidak Gratis

Namun, nama Damore tidak muncul, melainkan nama Paul Hastings LLP, firma hukum yang mewakili Google dalam pemecatan tersebut.

Perwakilan dari Paul Hastings mengkonfirmasi kalau perusahaannya mewakili Google dalam kasus Damore, namun ia tak mau berkomentar lebih lanjut.

Syarat dan Ketentuan Dapat Uang dari YouTube Shorts, Enggak Gampang

CEO Google, Sundar Pichai, mencoba untuk meredam kontroversi mengenai memo Damore yang menjadi 'virus' di perusahaannya, dan mengancam kredibilitas Google.

Mengutip situs Business Insider, Kamis, 10 Agustus 2017, informasi yang didapat bahwa keluhan tersebut masuk ke dalam klasifikasi tuduhan yang melibatkan pernyataan paksaan, yang meliputi ancaman, janji tunjangan dan sejenisnya.

Damore menuduh manajemen Google berusaha membungkamnya. Sementara menurut situs SCMP, Damore menyuarakan soal ketidaksetaraan gender di tubuh perusahaannya.

Dalam memo 10 halaman yang berjudul 'Kamar Ideologis Google Echo' ini, ia mengkritik upaya Google menerapkan keberagaman dan menghubungkan ketidakseimbangan gender dalam industri teknologi dengan perbedaan biologis antara pria dan wanita.

Selain itu, Damore menemukan bukti kalau Google menggaji karyawan wanita lebih rendah ketimbang pria padahal jenis pekerjaannya sama.

"Mereka (Google) menciptakan 'ruang gema ideologis' yang artinya perusahaan melarang memperdebatkan isu-isu sensitif, karena adanya kebenaran politik. Contohnya, posisi pimpinan di perusahaan teknologi lebih cocok diisi pria ketimbang wanita," bunyi tulisan Damore.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya