Kecerdasan Buatan Diklaim Selamatkan Pasien Jantung-Kanker

Ilustrasi ruang operasi.
Sumber :
  • Reuters/ Jean-Paul Pelissier

VIVA – Ilmuwan dari Rumah Sakit John Radcliffe, Oxford, Inggris, telah mengembangkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang dapat mendiagnosis penyakit jantung dan kanker paru-paru.

Pengemudi Mobil Marah-marah Usai Tabrak Dua Motor di Bogor

Teknologi mampu menghemat miliaran poundsterling (triliunan rupiah) yang memungkinkan jenis penyakit berat ini bisa didiagnosis lebih awal.

The National Health Service atau Layanan Kesehatan Nasional Inggris akan kedatangan mesin AI untuk mendiagnosis penyakit jantung dan pasien bisa memeriksa secara gratis pada musim panas atau pertengahan tahun ini.

Fairuz A Rafiq dan Buah Hati Dilarikan ke RS Jelang Lebaran, Ada Apa?

Kepala Layanan Kesehatan Pemerintah Inggris, Sir John Bell, mengatakan bahwa AI dapat 'menyelamatkan’ NHS.

Sebab, menurut dia, untuk layanan patologi (deteksi penyakit dalam tubuh) saja, pihaknya harus merogoh kocek sebesar 2,2 miliar poundsterling (Rp39,6 triliun) per tahun.

Sebelum Meninggal Dunia Babe Cabita Sempat Jalani Pengobatan di Malaysia

"Dengan adanya teknologi ini bisa memangkas pengeluaran menjadi 50 persen (sekitar hampir Rp20 triliun) per tahun. Ini bisa 'menyelamatkan' keuangan NHS," ungkap Bell seperti dikutip BBC, Rabu, 3 Januari 2018.

Bell melanjutkan, teknologi AI khusus jantung bisa menghemat anggaran NHS hingga 300 juta poundsterling (Rp5,4 triliun) per tahunnya.

Keberadaan mesin ini sangat membantu para ahli kardiolog (jantung) mendeteksi jenis penyakit jantung dari pasien. Karena, dokter bisa juga salah mendiagnosis, bahkan untuk dokter terbaik sekalipun.

"Ini terjadi dalam satu dari lima kasus. Pasien dikirim ke rumah sakit dan mengalami serangan jantung atau mereka menjalani operasi yang seharusnya tidak perlu dilakukan," tutur Bell.

Selain itu, Bell memperkirakan bahwa mesin AI khusus mendiagnosis kanker paru-paru bisa menghemat anggaran rumah sakit sekitar 10 miliar poundsterling (sekitar Rp180 triliun) apabila diadopsi di Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya