Supermoon Jilid II Bisa Dilihat di Indonesia

Ilustrasi Blue Moon.
Sumber :
  • www.space.com

VIVA – Usai disapa Gerhana Bulan Total atau Supermoon pada 1-2 Januari 2018, kini para pencinta astronomi kembali bisa menikmati penampakan Supermoon untuk kali kedua pada 31 Januari mendatang.

Ada Bulan Purnama Dingin Jelang Tutup Tahun 2023

Supermoon merupakan fenomena di kala Bulan terlihat bulat penuh dengan kondisi lebih besar dan paling terang. Ini disebabkan jarak yang lebih dekat antara Bulan dan Bumi.

Jarak rata-rata Bulan dan Bumi normalnya 384 ribu kilometer. Namun, saat Supermoon maka jarak keduanya menjadi dekat. Sebagai perbandingan, pada 1 Januari kemarin, jarak Bulan dengan Bumi pada sore hari sejauh 360 ribu kilometer.

Terpopuler: Cara Jitu Singkirkan Lemak Tubuh, Manfaat Berhubungan Seks Malam Hari

Selanjutnya, pada malam hari hanya berjarak 357 ribu kilometer. Menurut pengamat astronomi Avivah Yamani, Bulan Purnama kedua dikenal sebagai Blue Moon (Bulan Biru).

Fenomena ini akan berlangsung tepat 31 Januari setelah Matahari terbenam dan seluruh masyarakat Indonesia bisa menyaksikan peristiwa yang jarang terjadi tersebut.

Bulan akan Terlihat Paling Besar dan Terang

Selain itu, Bulan Purnama kedua ini merupakan Bulan Purnama Perigee, di mana pada tanggal yang sama akan terjadi Gerhana Bulan Total. Peristiwa ini bisa dijuluki sebagai Bulan Super Darah Biru.

Fenomena ini secara umum dapat diamati oleh masyarakat Indonesia sejak Bulan terbit. Khusus untuk sebagian wilayah Indonesia bagian barat, Bulan terbit setelah terjadinya kontak pertama ketika Bulan sudah mulai memasuki kerucut penumbra Bumi.

Pada saat ini tidak banyak perubahan yang terlihat karena hanya terjadi peredupan. Saat gerhana Bulan total, Bulan akan memasuki bayangan Bumi dan tampak kemerahan bagi pengamat di Bumi.

“Tanggal 31 Januari nanti, Bulan akan mulai memasuki bayangan Bumi pukul 18.48 WIB dan menghabiskan waktu 3 jam 22 menit dalam umbra Bumi. Keseluruhan gerhana akan terjadi selama 5 jam 17 menit dengan durasi gerhana total 1 jam 16 menit 4 detik,” kata Avivah, dalam tulisannya di situs Langit Selatan, Jumat, 19 Januari 2018.

Ia melanjutkan, proses gerhana dimulai sejak Matahari terbenam sampai tengah malam dan puncak gerhana Bulan total terjadi pada pukul 20.31 WIB. Tak hanya Indonesia, sebagian wilayah Eropa, Rusia, Australia, wilayah Pasifik, serta wilayah Amerika barat dan utara, juga bisa menikmati fenomena langka ini.

Menurut Avivah, fenomena Blue Moon Bulan Purnama tambahan ini bisa terjadi karena satu periode siklus Bulan itu 29,53 hari, sedangkan satu tahun tropis 365,24 hari.

Itu artinya, akan ada 12 purnama dalam 354,36 hari dan minus 11 hari ekstra yang jika diakumulasi tiap tahun akan menghasilkan satu Bulan Purnama ekstra setiap 2,71 tahun sekali.

"Bahasa mudahnya Bulan Purnama ke-13 dalam satu tahun," paparnya. Avivah melanjutkan, apabila dicocokkan dengan kalender Masehi yang lamanya 30 sampai 31 hari (kecuali Februari yang lamanya 28 atau 29 hari), maka purnama tambahan itu akan jadi purnama kedua dalam satu bulan.

Sebab, biasanya Bulan Purnama pertama terjadi di awal bulan dan purnama kedua sebelum bulan berakhir. Tahun ini, Blue Moon terjadi pada Januari dan Maret. Sementara itu, Februari tidak akan muncul Bulan Purnama sehingga disebut Bulan Hitam.

Untuk Supermoon yang bertepatan dengan Blue Moon sebenarnya pernah terjadi pada 2009, tepatnya 31 Desember. Sayangnya, di Indonesia, peristiwa tersebut terjadi 1 Januari 2010.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya