Hara, Startup Lokal Penyedia Data Pertanian Berbasis Blockchain

Lahan pertanian (sawah) terasering di Majalengka, Jawa Barat.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dedhez Anggara

VIVA – Teknologi Blockchain tidak hanya bisa dipakai untuk industri keuangan saja, tetapi juga bisa dimanfaatkan oleh sektor riil seperti pertanian dan pangan.

Jokowi Resmikan Irigasi Gumbasa Sigi dengan Biaya Rp1,25 Triliun

Perusahaan rintisan atau startup bernama Hara mampu menyediakan pertukaran data (data exchange) berbasis teknologi yang digadang-gadang tidak bisa diretas tersebut.

Startup lokal yang didirikan oleh Dattabot ini berfokus pada Big Data. Hara baru saja menjadi anggota Blockchain for Social Impact Coalition (BSIC).

Lewat BRInita, Kampung Hijau Kemuning Tangerang Sulap Lahan Sempit Jadi Makin Produktif

Chief Technical Officer Hara, Imron Zuhri, mengaku sebagai pihak pertama yang menjadi blockchain for social impact di Indonesia. Ia menggunakan teknologi ini sebagai solusi bagi pihak-pihak yang memiliki dampak sosial.

Menurutnya ini menjadi cara untuk mengumpulkan semua data sektor pertanian dan pangan dengan semua stakeholder yang membutuhkan.

Minta Setop Impor Jagung, Mentan Desak Bulog hingga Pengusaha Serap Produksi Petani

Aplikasi Hara

"Transaksi langsung tanpa perantara. Kami cuma 'kompor' saja. Bisnisnya Hara itu mau jadi orang yang dibayar karena menaikkan harga produksi dari 5 ton menjadi 10 ton," ungkapnya kepada VIVA, Kamis malam, 19 Juli 2018.

Imron juga mengatakan jika saat ini Hara ingin fokus mengumpulkan data seperti padi, jagung, dan kedelai. Ketiganya dinilai masih belum ada yang mengurus.

Pertukaran data ini terjadi dengan empat pihak, yaitu data providers, data buyers, value added services, dan data qualifier. Data yang dikumpulkan seperti penggunaan pupuk dan jangka waktu penanaman padi ataupun jagung.

Data-data inilah, menurut Imron, yang sebelumnya belum jelas dan dimiliki oleh para pihak terkait, termasuk jumlah petani yang ada sekarang.

Dalam 4 pihak ini semua komponen di sektor pertanian dan pangan terlibat. Mulai dari perusahaan data, petani, perusahaan asuransi hingga akademisi.

"Nanti akan ada agen yang berasal dari perusahaan turun langsung ke lapangan untuk membantu pengumpulan data. Ada juga pihak yang memvalidasi data yang masuk dalam aplikasi, atau biasa disebut sebagai data qualifier," jelas Imron.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya