Akuisisi Merusak Kompetisi, Grab dan Uber Didenda Rp140 Miliar

Kantor Uber dan Grab di Singapura.
Sumber :
  • REUTERS/Edgar Su

VIVA – Komisi Pengawas Persaingan Usaha Singapura atau The Competition and Consumer Commission of Singapore (CCCS) menjatuhkan denda kepada perusahaan aplikasi berbasis teknologi Grab dan Uber sebesar S$13 juta atau Rp140 miliar karena terbukti melanggar persaingan usaha.

Sopir Taksi Online yang Todong Penumpang Wanita dan Minta Rp 100 Juta Ditangkap saat Tidur Pulas

Mengutip situs South China Morning Post, Senin, 24 September 2018, rinciannya Grab dikenai denda senilai S$6,4 juta (Rp69 miliar) dan Uber mencapai S$6,6 juta (Rp71 miliar).

Kepala Eksekutif CCCS, Toh Han Li menuturkan, proses akuisisi atau merger keduanya secara substansial mengurangi kompetisi. Oleh karena itu dirinya langsung mengambil tindakan tegas.

Viral Curhat Penumpang Dipaksa Transfer Uang Rp100 Juta oleh Driver Taksi Online

"Itu jelas menghilangkan kompetisi dan merugikan mitra pengemudi atau driver serta konsumen. Ini yang saya tekankan. Meski begitu, perusahaan tetap bisa berinovasi di pasar ini melalui sarana, dan tentunya, tidak melanggar persaingan usaha," kata Han Li.

Grab resmi mengakuisisi operasional Uber di seluruh Asia Tenggara pada 27 Maret 2018 sebagai imbalan untuk memberikan Uber saham 27,5 persen di perusahaan aplikasi milik Anthony Tan itu yang berbasis di Singapura.

Rencana Merger dengan Gojek dan Grab Bakal Terealisasi? GOTO Buka Suara

Merger yang tidak disebutkan nilainya ini secara efektif membuat Grab menjadi pemain dominan di Singapura, atau menguasai 80 persen pangsa pasar transportasi.

Pada kesempatan terpisah, Kepala Grab Singapura, Lim Kell Jay bersikeras bahwa merger tersebut tidak bermaksud melanggar Undang-Undang Persaingan Usaha, dan mengaku belum menaikkan tarif pascamerger. Hal ini, menurut Lim, berbeda dengan temuan yang dilakukan CCCS.

Kendati memprotes, Lim mengaku setuju dan mematuhi hukuman denda serta yang dikeluarkan CCCS, khususnya penghapusan pengaturan eksklusivitas.

"Kami setuju dengan apa yang ditetapkan CCCS, sekaligus memungkinkan driver untuk bebas memilih platform atau operator mana yang ingin mereka kendarai," jelasnya.

Pernyataan berbeda diungkapkan Uber. Chief Business Officer Uber, Brooks Entwistle, menyatakan kecewa atas keputusan tersebut dan mengatakan sedang mengkaji pilihan lain, yakni banding.

“Jujur kami kecewa dengan keputusan CCCS. Kami percaya itu didasarkan pada definisi pasar yang tidak tepat dan salah menggambarkan sifat dinamis industri. Kami akan banding," tegas dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya