Bikin Startup tanpa Dana Investor, Mungkinkah?

Ilustrasi startup.
Sumber :
  • Stanford Graduate School of Business - Stanford University

VIVA – Segudang pertanyaan terbersit oleh para founder start up saat membangun bisnis mereka dari nol. Apakah produk atau jasa yang ditawarkan benar-benar dibutuhkan? Apakah platform yang sudah dikembangkan dengan menelan biaya tidak sedikit bisa bertahan? Apakah pasar sudah cukup loyal atau hanya dengan sejentik “iming-iming” langsung pindah ke lain hati? Apakah tim bekerja menuju visi yang sama? 

Menko Airlangga Undang Pengusaha Singapura Kembangkan Bisnis di RI Lewat ISBF 2024

Lalu, bagaimana mengembangkan bisnis dengan modal minim atau tanpa bantuan investor?

Co-Founder Dusdusan.com, Christian Kustedi, membagikan poin-poin penting mengenai efisiensi budget dalam membangun startup. Poin pertama, yaitu menunda reward. Menunda reward di sini dalam arti menunda mengeluarkan budget yang tidak berdampak langsung bagi percepatan pertumbuhan bisnis.

SMI Dapat Kontrak Penugasan Pemerintah Rp 825 Miliar, Siapkan Proyek Pembangunan di IKN

“Saat pertumbuhan perusahaan cukup signifikan, seringkali founder merasa cukup puas dan mulai masuk mode comfort zone. Mulai tercetus ide pindah ke gedung perkantoran elit atau renovasi kantor, dan lain-lain. Saya menganjurkan sebaliknya. Ketika bisnis sudah bertumbuh, lihat kembali peta bisnis dan market size yang dituju. Tunda dulu hal-hal yang tidak mempercepat bisnis mencapai visi utamanya. Yang perlu diingat adalah setiap rupiah yang dikeluarkan harus berkontribusi pada pertumbuhan bisnis,” ujar Christian.

Poin kedua yang diperhatikan adalah segi pemasaran. Di era digitalisasi ini semakin banyak marketing tools yang tersedia, salah satunya media sosial. Dibanding dengan metode pemasaran konvensional, pemasaran digital relatif memiliki keunggulan lebih cepat, efisien, mempunyai target yang jelas dan dapat dipantau secara real time.

BSI Ungkap Tantangan Pengembangan Perbankan Syariah

“Setiap rupiah yang kita punya sangat berarti untuk bertahan di era digitalisasi ini. Dalam segi pemasaran, gunakan plaform-platform beriklan yang bisa diawasi dengan mudah dan jelas, misal Facebook dan Google Ads,” tambah Christian.

Poin ketiga adalah zero strategy. Yang dimaksud zero strategy dalam hal ini adalah strategi untuk memperbesar kapasitas bisnis dengan zero budget. Yang pertama dibentuk adalah mindset apa yang bisa dilakukan untuk membesarkan bisnis, baik secara awareness maupun revenue, tanpa menggunakan budget sama sekali, alias nol rupiah.

“Salah satu metode yang sangat efektif saat ini adalah dengan menggerakan “user” Anda, baik secara online maupun secara offline. Pikirkan strategi bagaimana caranya user Anda bisa menciptakan user baru. Apakah perlu membuat loyalty program? Apakah efektif menjalankan referral program? Dan apakah membuat campaign yang sifatnya user-generated content masih memiliki dampak signifikan?” tutup Christian. (ann)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya