Pilihan Investasi Generasi Milenial, Salah Satunya Startup

Ilustrasi generasi milenial.
Sumber :
  • Entrepreneur

VIVA – Generasi milenial atau kerennya generasi zaman now merupakan bagian dari bonus demografi, yaitu di mana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) sangat besar, dan akan menanggung usia muda (di bawah 15 tahun) serta usia lanjut (65 tahun ke atas) yang jumlahnya sedikit.

Startup Lokal Ini Ingin Menyuburkan Benih Revolusi

Karena itu, generasi milenial diharapkan menjadi pintu masuk (window of opportunity) Indonesia menjadi negara maju. Chief Economist Danareksa Research Institute, Kahlil Rowter mengatakan, meski menjadi salah satu andalan bagi pertumbuhan ekonomi, namun harus melihat mereka dari sisi perilaku dan kontribusinya.

Ia pun mengakui jika 60 persen penduduk Indonesia yang memasuki usia produktif saat ini merupakan terbesar sepanjang sejarah.

Panduan Lengkap Investasi Reksadana untuk Pemula, Dari A sampai Z

"Dari perilaku misalnya. Mereka tidak berpikiran seperti orangtuanya yang ingin jadi karyawan atau pegawai negeri sipil, tapi entrepreneur," kata dia kepada VIVA, di acara Economic & Investment Outlook 2018: Optimisme di Tahun Politik, di Jakarta, Rabu, 17 Januari 2018.

Alasannya, karena memiliki kebebasan waktu dan menuangkan ide serta mendulang untung sebanyak-banyaknya. Namun, menjadi entrepreneur harus memiliki mental baja dan daya juang yang kuat. Sebab, di situlah kunci dari kesuksesan menjadi wirausahawan.

Sektor Manufaktur RI Jauh dari Deindustrialisasi, Ekonom Beberkan Buktinya

BACA: Karakter unik generasi milenial

"Ya, ibarat pepatah bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian," kata dia.

Setelah sukses apakah generasi milenial ini berinvestasi atau tidak. Lagi-lagi, ia mencontohkan 'orang dulu' yang gemar berinvestasi dalam bentuk barang.

"Kita bicara kontribusi. Kalau orangtuanya pegang duit pasti beli properti (rumah) atau tanah. Nah, para milenial ini cenderungnya ke mana? Macam-macam. Bisa pendidikan, pasar modal atau reksadana. Bahkan, yang lagi booming sekarang, startup atau e-commerce," jelas Kahlil.

Ia menyebut bahwa saat ini tren yang sedang terjadi adalah investasi meningkat namun daya beli atau konsumsi menurun, di mana menurutnya hal tersebut wajar.

Sebab, orang kaya Indonesia lebih banyak mengalokasikan dananya untuk investasi seperti emas, reksadana, ataupun properti. Namun demikian, ia menyoroti nasib masyarakat golongan menengah ke bawah.

"Kesejahteraan mereka tidak meningkat secepat yang golongan menengah ke atas. Banyak faktor, salah satunya, penghasilan yang masih di bawah UMR," tutur dia.

Sementara itu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, menegaskan kalau generasi milenial harus mengubah mentalnya menjadi seorang kreator atau pencipta.

"Kita harus bergerak. Bukan membuat tetapi menciptakan merek/brand," kata Bambang, mengingatkan. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya