Mengenal GRU, Badan Intelijen Siber Rusia yang Ditakuti AS dan Eropa

GRU Rusia.
Sumber :
  • Swissinfo.ch

VIVA – Direktorat Intelijen Utama atau GRU merupakan 'mata dan telinga' Angkatan Bersenjata Rusia. Kalau di Indonesia setara Badan Intelijen Strategis atau Bais TNI.

Pertama Kali, Ukraina Tembak Jatuh Pesawat Pengebom Rusia

Nama GRU sering disebut-sebut oleh Amerika Serikat (AS) dan Eropa sebagai biang keladi dari aksi peretasan. Berlambang kelelawar hitam yang terbang di atas bola dunia, GRU beroperasi pada malam hari di seluruh dunia secara rahasia.

Baru-baru ini, seperti dikutip dari The Verge, Jumat, 26 Juli 2019, Komite Intelijen Senat AS blak-blakan menuding GRU Rusia sebagai aktor utama serangan siber terhadap sistem pemilu di negeri Paman Sam.

Situasi Makin Gawat, Israel Targetkan Serang Wilayah Nuklir Iran di Kota Isfahan

Mereka sampai menyimpulkan bahwa sistem pemilihan umum di seluruh 50 negara bagian telah menjadi sasaran para hacker atau peretas yang terkait dengan pemerintah Rusia.

Dalam dokumen resminya menyebutkan bahwa Departemen Keamanan Dalam Negeri secara resmi mengakui sebanyak 21 negara bagian telah menjadi target serangan siber pada 2017.

Ledakan Terdengar di Bandara hingga Pusat Nuklir Iran

Kemudian, pada April 2019, sebuah laporan gabungan dari Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Biro Investigasi Federal (FBI) mengindikasikan bahwa hacker Rusia telah mencoba mencari celah keamanan di setiap sistem infrastruktur pemilu negara bagian di negeri Paman Sam.

Ilustrasi hacker.

Berdasarkan data yang diolah VIVA dari berbagai sumber, badan ini adalah satu dari tiga badan intelijen milik Rusia selain Foreign Intelligence Service (SVR) dan Federal Security Service (FSB), di mana keduanya beroperasi di dalam maupun luar negeri.

Meski masih dikenal sebagai GRU, badan ini berubah nama menjadi Direktorat Utama atau GU setelah menjalani reformasi pada 2010.

GRU bertanggung jawab langsung di bawah kepala staf angkatan bersenjata dan menteri pertahanan Rusia. Saat ini GRU dipimpin oleh Laksamana Madya Igor Kostyukov.

Pada 4 Oktober 2018, pemerintah Belanda mengaku berhasil menggagalkan serangan peretasan ke badan pengawas senjata kimia dunia (OPCW) yang dilakukan oleh GRU.

Tak hanya itu, Inggris dan Australia, sekutu Belanda, juga ikut-ikutan menuduh GRU, atas perintah Kremlin, melakukan serangkaian serangan siber besar dalam beberapa tahun terakhir. Salah satunya adalah serangan ke Partai Demokrat AS saat kampanye pilpres pada 2016.

Lalu, pada Juli tahun lalu, Jaksa Khusus AS Robert Mueller mendakwa 12 pejabat GRU karena keterlibatan mereka dalam pemilihan umum AS. GRU juga dikaitkan dengan upaya menjatuhkan pemerintah Montenegro sehari sebelum pemilihan parlemen pada Oktober 2016.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya