Logo WARTAEKONOMI

Sanggupkah Kecerdasan Buatan Mengakhiri Hidup COVID-19?

Artificial intelligence atau kecerdasan buatan.
Artificial intelligence atau kecerdasan buatan.
Sumber :
  • Science HowStuffWorks

“Penelusuran kontak atau contact tracing dan diagnosis pola dan data yang selama ini dilakukan manual oleh manusia tidak efektif dan efisien,” papar Michio.

Tenaga kesehatan dan relawan harus direkrut, dilatih, dan mulai bekerja dengan prosedur yang tidak seragam. Hal ini mengurangi akurasi data dan memakan waktu yang amat lama.

Menurutnya, kecerdasan buatan (AI) dapat melakukan semua pekerjaan itu dengan lebih cepat. Ada berbagai macam cara bagi AI mengenali pola ini.

Sebagai contoh, Michio menyebutkan bahwa termometer-termometer yang tersambung ke internet bisa menjadi sumber data bagi AI untuk menyimpulkan apakah penyebaran wabah mulai terjadi di sebuah daerah.

Data pencarian pengguna internet dari mesin pencarian seperti Google juga bisa digunakan AI untuk mengenali pola meningkatnya gejala COVID-19 di daerah tertentu.

"Drone juga bisa digunakan untuk mendeteksi orang-orang yang menderita COVID-19. Sensor inframerah pada drone bisa menangkap meningkatnya suhu tubuh seseorang yang demam di tengah kerumunan," tuturnya.

Michio menambahkan bahwa penggunaan AI harus berskala global. Menggunakan kecerdasan buatan untuk melakukan penelusuran kontak (contact tracing) di seluruh dunia dapat membantu otoritas kesehatan negara-negara di dunia untuk bekerja sama menangani wabah COVID-19 dan wabah-wabah lain di masa depan.