Nyarai, Air Terjun Pengubah Hidup Para Penebang Hutan

Air Terjun Nyarai di pedalaman Padang
Sumber :
  • VIVAnews/Arjuna Nusantara

VIVAlife - Di pedalaman Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat, tersimpan cerita heroik penyelamatan alam. Masyarakat di tepi hutan lindung Bukit Barisan, tepatnya di Jorong Gamaran, Korong Salibutan, Nagari Lubuak Aluang, Kecamatan Lubuak Aluang, beralih profesi dari menebangi hutan menjadi penggiat pariwisata.

Masyarakat di sini sebelumnya menggantungkan hidup dari kayu. Pemukiman yang dekat dengan hutan membuat mereka mudah untuk masuk hutan, menebangi kayu lalu membawanya melalui aliran sungai ke tengah kampung.

Tahun lalu masih terdengar aungan sinso, mesin penebang kayu. Tidak hanya satu, tapi seolah bunyinya saling jawab satu sama lain.

Di aliran sungai tampak beberapa orang menghanyutkan balok kayu persegi berukuran besar. Orang itu duduk di atas kayu, sesekali, dia tampak mengendalikan kayu dengan menghindari batu-batu besar yang berdiri kokoh di tengah sungai.

Sedangkan di daratan, dalam hutan ada jalan setapak berupa parit. Jalan serupa ini banyak, dan semuanya muncul dari tengah hutan berakhir di tepi sungai. Parit ini rupanya terbentuk oleh aktivitas kerbau yang menarik kayu menggunakan alat tradisional yang diletakkan di punggungnya. Pekerjaan yang berulang, membuat jalan kerbau menyerupai parit.

Begitulah cerita Ritno Kurniawan, pemuda kampung tersebut yang sekarang menjadi ketua pengurus objek wisata minat khusus trekking Air Terjun Nyarai kepada VIVAlife, Selasa 20 Mei 2014.

Ritno, salah seorang inisiator wisata Air Terjun Nyarai dan beberapa pemuda lainnya mulai mengembangkan lokasi yang berada 3 km di tengah hutan itu sejak April 2013. Mulanya, mereka mengabadikan keindahan Air Terjun Nyarai lalu diunggah ke media sosial. Tak menyangka, banyak orang tertarik, meminta memandu ke lokasi.

Enam bulan berjalan, pengunjung semakin banyak. Akhirnya Ritno dan empat rekannya mengajak pemuda setempat untuk mengelola secara profesional. Dibentuk posko, dikumpulkan pemandu dan ditingkatkan promosi. Foto-foto lokasi beredar luas. Pengunjung pun semakin ramai. Sejak April 2013 hingga Maret 2014 terhitung sudah 15 ribu wisatawan berkunjung.

Tiga bulan terakhir, rata-rata pengunjung dalam satu minggu mencapai 2.000 orang.

Tingginya peminat wisata tersebut, menuntut pengelola menyediakan pelayanan lebih. Lokasi yang jauh dan medan yang penuh tanjakan, tebing, dan menyeberangi sungai membutuhkan pemandu yang paham lokasi.

"Setelah kami mendapatkan dukungan dari semua elemen masyarakat, akhirnya banyak yang bergabung. Sesuai tujuan kita, masyarakat yang dulu membawa jerigen, sinso, dan kayu keluar masuk hutan, kini mereka membawa wisatawan," kata Ritno.

Ritno mengatakan, dari 135 pemandu yang aktif sekarang, 90 persennya adalah bekas pekerja kayu. Pekerja kayu yang dimaksud terbagi tiga. Ada yang bertugas menebang, membentuk, dan mengangkut.

Masyarakat yang bergabung menjadi pemandu berumur 17 tahun hingga 40 tahun. Menurut Ritno, mereka terlihat senang menjalankan tugasnya. Jika berkerja kayu mereka bisa mendapatkan uang Rp300 ribu, kalau memandu mereka bisa mendapatkan Rp80 ribu sekali masuk hutan.

"Tapi kalau berkayu kan mereka hanya dapat satu kali dalam seminggu. Kalau memandu, mereka bisa dapat tiap kali mereka membawa wisatawan ke hutan," katanya.

Jokowi Resmikan Huntap hingga Proyek Infrastruktur Pascabencana di Sulteng

Gaji mereka diambilkan dari uang masuk pengunjung. Pengunjung membayar Rp20 ribu per kepala untuk trekking dan Rp40 ribu untuk camping.

Dengan bergabungnya masyarakat tersebut, aktivitas penebangan hutan berkurang drastis. Ritno menjelaskan, sebelum ada wisata Air Terjun Nyarai, penebangan kayu di hutan sekitar mencapai 10 batang per hari. Sekarang hanya tujuh batang sepekan.

6 Lokasi Camping Populer di Luar Negeri, Ayo Kunjungi!

Turun-temurun

Menurut Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat, menebang hutan merupakan profesi turun temurun bagi masyarakat di lokasi wisata Air Terjun Nyarai.

"Kami belum punya data berapa luas hutan yang sudah ditebang. Tapi mereka menebang hutan menggunakan mesin sinso dan bersifat individu, bukan perusahaan," kata Sub Bagian Program Dinas Kehutanan Sumatera Barat Jusmalinda.

Jusmalinda menyatakan bahwa Dinas Kehutanan sangat mendukung kegiatan pengelolaan wisata tersebut. Sebab, mereka mau meninggalkan profesi menebang hutan.

"Kami sangat mendukung. Sekarang izinnya juga sedang diurus. Mereka berhak mendapatkan izin jasa wisata untuk pemanfaatan hutan lindung," kata Jusmalinda.

Dedi Syahputra, Ketua Pemuda yang juga sebelumnya bekerja menebang kayu mengaku sangat senang dengan adanya pengelolaan objek wisata Air Terjun Nyarai.  "Saya dulu bekerja menebang kayu. Namun, beberapa tahun lalu terjadi razia besar-besaran. Akhirnya sebahagian kecil saja masyarakat yang bekerja. Sehingga banyak pemuda yang kehilangan pekerjaan," kata Dedi.

Menurut Dedi, semua elemen masyarakat akan mendukung pengembangan wisata air terjun ini. Sebab bisa membawa dampak positif bagi perekonomian. Tidak hanya yang terlibat dalam pengurusan dan pemandu, tapi juga bagi kaum ibu. Kaum ibu bisa berjualan di lokasi untuk menyediakan kebutuhan pengunjung.

Untuk dampak, Ritno Kurniawan menjelaskan, dari uang masuk pengunjung, Rp500 per pengunjung disumbangkan untuk kas korong. Kemudian, pengelola juga membiayai kegiatan kesenian yang sempat mati suri. Selain itu, pengelola telah menanam sekitar 2.000 bibit di sepanjang jalur menuju lokasi.

"Dampak sosialnya juga banyak. Kami ingin menjadikan kampung ini sebagai desa wisata. Kita akan kembangkan lagi dengan berbagai fasilitas dan destinasi lainnya," ujar Ritno.

Kini, jalan yang dulu digunakan kerbau untuk mengangkut kayu, menjadi jalan pengunjung untuk sampai ke lokasi air terjun. Sungai yang dulu tempat menghanyutkan kayu, kini menjadi tempat mandi.

Peringatan Nuzulul Qur'an Tingkat Nasional, Kemenag: Spirit Bawa Indonesia Menjaga Keragaman
Bea Cukai layani ekspor pakaian dalam wanita

Pakaian Dalam Asal Bantul Siap Bersaing di Amerika dan Inggris

Bea Cukai layani ekspor puluhan ribu pakaian dalam wanita asal Kabupaten Bantul ke Amerika dan Inggris pada Kamis (21/03).

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024