Korea Utara Suarakan Kebebasan HAM Lewat Film

North Korean Human Rights International Film Festival (NHIFF)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Afra Augesti

VIVA.co.id – North Korean Human Rights International Film Festival (NHIFF) mendemostrasikan situasi yang sedang terjadi di Korea Utara akhir-akhir ini. Melalui sebuah pemutaran film berjudul Under The Sun, NHIFF mengemas kehidupan warga Korea Utara yang tengah dilanda krisis HAM semenjak masa pemerintahan tiga generasi pemimpin Korea, Kim Il-sung, Kim Jong Il, dan Kim Jong-un.

Deretan Negara Paling Tak Percaya Tuhan di Dunia, Mayoritas di Benua Asia!

Yu Jae-kil, anggota eksekutif NHIFF dan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Korea Utara mengatakan, tujuan utama dari festival film ini adalah untuk meningkatkan kesadaran publik internasional akan realitas situasi hak asasi manusia di Korea Utara dan perlunya penyatuan semenanjung Korea.

Selain itu, pihaknya juga menginginkan agar Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) dapat segera mengambil langkah cepat untuk kasus tersebut.

Kim Jong Un Dikabarkan Punya Selingkuhan Seorang Penyanyi, Hingga Punya Anak Bersama

"Kita tahu bahwa kita tidak bisa memilih segala sesuatunya tanpa kebebasan," ujar Yu Jae dalam sesi diskusi di The Ice Palace, Jakarta Selatan, pada Senin, 29 November 2016.

"Keseharian Jim-ni, gadis kecil di film tersebut menggambarkan HAM di Korea Utara menyedihkan dan mengerikan. 20 juta orang berjuang untuk hidup karena kasus ini," ujarnya melanjutkan.

Deretan Aturan Nyeleneh yang Mengatur Kehidupan Korea Utara di Era Kim Jong Un

Selain itu, Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Cho Tai-young mengatakan sudah saatnya dunia mengetahui situasi seperti apa yang ada di Korea Utara dan membantu warganya untuk mendapatkan kembali hak-hak mereka.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa pemerintah Korea Utara seharusnya bisa lebih fokus ke pembangunan ekonomi negaranya, bukan justru membangun patung untuk dihormati dan menjadikan anak-anak dewasa sebelum usianya.

"Saya prihatin dengan sistem pemerintahan di sana (Korea Utara). Ketika melihat film itu, bagaimana bisa gadis kecil seusianya (Jim-ni) diajari berpolitik? Jim-ni seharusnya bisa melakukan hal sesuai umurnya, selayaknya anak kecil seusianya," kata Tae-young saat ditemui awak media seusai acara.

"Korea Utara juga seharusnya bisa berfokus pada pembangunan ekonomi, bukan membangun patung raksasa sebesar itu, dan mengapa semua orang malah menaruh hormat ke patung?" ucapnya.

Flm dokumenter tersebut memang dibuat berdasarkan kisah nyata yang terjadi di Pyongyang. Gadis kecil berusia delapan tahun yang menjadi kunci utama film bernama Jin-mi. Kehidupan Jin-mi yang dihadapi oleh para kru film telah dimanipulasi, tepat sebelum penggarapan film dibuat.

Bangunan yang digunakan sebagai rumah Jim-ni berubah menjadi apartemen yang baru saja dibangun.

Lebih dari itu, beberapa penjaga dengan jubah hitam muncul sepanjang pengambilan film. Jim-ni pun merasa dirampas haknya karena ia harus berfikir dan bertindak selayaknya politikus dewasa. Di sekolah pun, ia diwajibkan bergabung dengan Children's Union yang dirasa menyita waktu dan tenaga anak-anak kecil seusianya.

"Sejak 2011, NHIFF telah memutar lebih dari 80 film di Korea Selatan, Kanada, Amerika Serikat, Prancis, dan Jerman. Tahun ini, Indonesia dan Australia akan menjadi tuan rumah festival film NHIFF," ucap Yu Jae-kil.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya