- REUTERS/Neil Hall
VIVA.co.id – E-mail pribadi David Beckham diretas dan isi pesan terbongkar ke publik. Isi pesan tersebut, menggegerkan publik Inggris. Pesan itu berisikan tentang keluhan dan kemarahan Beckham soal tugasnya sebagai duta UNICEF.
Pesan-pesan Beckham ini cukup mengejutkan penggemarnya, karena ia adalah kebanggaan publik di Negeri Ratu Elizabeth tersebut.
Dalam e-mail, Beckham marah, saat penasihat dan tim publikasinya menyarankan, agar ia menyumbangkan uang US$1 juta dolar untuk disumbangkan ke UNICEF. Disebutkan juga, salah satu isi e-mail itu mengungkapkan bahwa pria asal Inggris ini aktif di kegiatan sosial, karena ingin mendapatkan gelar kehormatan.
Dan, Beckham kesal, saat di 2013, namanya tak masuk nominasi sebagai tokoh yang mendapatkan gelar kehormatan dari Kerajaan Inggris.
Masalah yang membongkar aib Beckham itu membuat sang istri, Victoria Beckham menjadi sorotan. Apalagi, di tengah masalah yang dihadapi mantan pesepakbola itu, Victoria justru sedang sibuk dengan bisnis fesyennya di New York. Mereka berpisah sementara.
Aktivitas Victoria selama di New York pun menjadi incaran paparazzi. Mereka mengikuti kegiatan mantan personel Spice Girls tersebut.
The Sun melaporkan wajah Victoria terlihat tegang. Saat keluar hotel di Manhattan, Victoria terlihat tidak bahagia. Mengenakan pakaian serba hitam, Victoria menutupi wajahnya dengan kacamata hitam.
"Ia tak menampilkan senyum. Wajahnya terlihat berkerut," kata sumber. Victoria memang jarang tersenyum, tetapi kali ini wajahnya terlihat lebih murung dari biasanya.
Bahkan, penampilan Victoria dianggap berbeda seperti biasanya. Ia terkenal dengan gayanya yang modis dan elegan. Namun, saat keluar hotel untuk menghadiri rapat terkait bisnis fesyennya, Victoria terlihat sedikit berantakan. Ibu empat anak ini terus menundukkan wajahnya.
Menurut laporan, Beckham akan memperbaiki citranya di mata publik, usai skandal e-mailnya itu dengan hadir di pagelaran busana rancangan sang istri pada akhir pekan ini. Beckham akan membawa keluarganya terbang dari London ke New York untuk mendukung Victoria. (asp)