Pria Ini Sukses Ubah Limbah Kayu Jadi Lampu Aroma Terapi Kelas Hotel

Lampu aroma terapi
Sumber :
  • VIVA/ Nur Faishal/ Surabaya

VIVA – Limbah sayang dibuang. Termasuk limbah kayu. Pius, warga Kavling Ketegan C/16, Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, membuktikannya. Bermodal limbah kayu furnitur, dia membuat kerajinan lampu hias aroma terapi. Setahun berjalan, rata-rata 200-250 lampu bikinannya laku di pasaran.

Bahaya Tersembunyi di Balik Klakson Telolet

Pius memulai bisnis lampu aroma terapi sejak 2017 lalu. Idenya muncul setelah dia memutuskan untuk berhenti jadi karyawan di koperasi sebuah perusahaan telekomunikasi nasional cabang Sidoarjo. "Waktu masih kerja, saya memang hobi bikin ukiran," katanya saat ditemui dalam pameran Dinas Koperasi dan UMKM Jatim di Grand City Surabaya, Jawa Timur, pada Jumat, 17 Agustus 2018.

Kebetulan, lanjut Pius, tetangga rumahnya berbisnis kayu. Banyak potongan limbah kayu yang terbuang.  Insting kerajinannya langsung muncul dan dia memutuskan untuk membuat lampu hias. "Tetangga saya, kan, jual kayu untuk tas dan sepatu. Jadi saya beli limbah furniturnya dari tetangga," ujarnya.

Viral WC dengan Desain Gemerlap Diskotik, Netizen: Jongkok Jedag Jedug!

Mula-mula yang dibikin Pius lampu hias biasa berbentuk kotak mungil. Kotak kayu limbah yang sudah dihaluskan itu lalu diukir sesuai keinginannya. Di bagian celah-celah lubang ukiran, kain kasar ditempelkannya. Dengan begitu sinar lampu yang tertanam di dalam kotak tak begitu terang dan bikin silau. "Awalnya buat lampu saja," katanya.

Lampu aroma terapi

Bukan Cuma Aksesori, Lampu Rem Atas Mobil Fungsinya Sangat Penting

Produk lampu hias Pius ternyata diminati pasar. Untuk meningkatkan kualitas dan penjualan, dia lalu bergabung dengan kelompok UKM binaan Dinas Koperasi Sidoarjo. Di sana dia menerima tambahan ilmu kerajinan sekaligus ilmu pemasaran. "Dari situ saya sering ikut pameran, sehingga banyak tahu dan belajar dari produk-produk daerah lain," tandasnya.

Dari lampu hias biasa, Pius mengembangkan kerajinan lampu kayu limbahnya dengan dilengkapi peralatan aroma terapi. Bahannya tetap sama, yakni kotak kayu ukiran. Cuma, di bagian atas kotak ditambahi semacam cawan dari alumunium sebagai wadah cairan terapi. Selain lampu, di bagian dalam kotak juga dipasangi pemanas cairan terapi yang dikendalikan secara elektrik.

Pengamatan VIVA di stand pameran, lampu hias aroma terapi bikinan Pius tak kalah menarik secara penampilan dari lampu-lampu hias aroma terapi biasa ditemukan di kamar-kamar hotel kekinian atau di spa-spa. Aroma yang menguap dari tungku elektrik juga menyebar dengan baik. Nyaman.

"Lampu aroma terapi ini juga aman. Kalau misalnya ditaruh di dalam kamar terus Anda ketiduran, pemanas tungkunya otomatis mati kalau sudah panas. Jadi tidak akan terjadi apa-apa. Lampu ini bisa ditaruh di kamar atau ruang tamu," ujar Pius.

Ada tiga kategori lampu aroma terapi bikinan Pius. Biasa, ukiran, dan lampu aroma terapi besar. Untuk yang biasa lubang celah kotak lampunya tak berukir, hanya dilubangi memanjang selebar jari mengikuti sudut kotak. Harga yang biasa Rp150 ribu per unit. Adapun yang ukiran Rp200 ribu per unit. "Kalau yang besar cocok ditaruh di ruang tamu, harganya empat ratus ribu," ucapnya.

Sementara ini, Pius mengaku baru melayani tiga reseller yang bermitra menjualkan produk kerajinan yang ia sebut tungkrik (tungku elektrik) itu. Satu di antaranya sebuah perusahaan aroma terapi yang biasa mendistribusikan lampu aroma terapinya ke hotel-hotel dan spa. "Tiap bulan antara 200 sampai 250 lampu (dipasarkan)," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya