Penting, Kemudahan Akses Info Perubahan Iklim Bagi Perempuan

Forum
Sumber :
  • Dok. Climate Communication Forum

VIVA – Isu yang berkaitan dengan iklim, seringkali menimbulkan keresahan. Meski kini beragam informasi mudah didapat, sayangnya akses perempuan terhadap informasi perubahan iklim masih kurang.

5 Negara yang Diramalkan Hilang dari Peta, Ada Tetangga Indonesia

Hal itu berdasarkan data empiris dan pertemuan Climate Communication Forum pada 21 April di Bogor. Sementara itu, data Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menunjukkan bahwa 80 persen orang yang mengungsi akibat terjadinya perubahan iklim adalah perempuan. Bisa dikatakan, perempuan yang lebih merasakan dampak perubahan iklim.

Meski begitu, perempuan Indonesia jarang membicarakan isu-isu perubahan iklim di media, baik di media mainstream maupun media sosial. Hal ini juga diakui oleh para peserta Climate Communication Forum.

Mengerikan, Lapisan Es Saat Ini Mencair Lebih Cepat dari yang Diduga

“Ketersediaan data dan akses terhadap informasi mengenai perubahan iklim masih terbatas, terutama bagi perempuan,” ujar Emilia Bassar, praktisi komunikasi perubahan iklim yang merupakan founder Center for Public Relations, Outreach and Communication (CPROCOM).

Informasi yang dicari oleh peserta perempuan berkaitan dengan penyebab dan dampak perubahan iklim, dampak perubahan iklim terhadap kehidupan keluarga dan sosial, penanganan perubahan iklim, serta kebijakan tentang perubahan iklim. Apalagi, data dan informasi resmi tentang perubahan iklim dari pemerintah menempati posisi paling penting sebagai landasan pembuatan keputusan yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak.

RI Wajib Genjot Upaya Mitigasi Perubahan Iklim, Bambang Brodjonegoro Beberkan Alasannya

Climate Communication Forum

"Bila perempuan mendapatkan akses informasi dan pengetahuan yang baik tentang perubahan iklim beserta permasalahannya, ia dapat berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan terkait adaptasi dan mitigasi perubahan iklim," ungkap Emil.

Emil mengatakan, data dan informasi resmi masih sangat terbatas serta membutuhkan upaya dan waktu ekstra untuk mencari dan mengaksesnya. "Atas dasar data dan dampak perubahan iklim yang sudah terlihat serta kita rasakan, kami ingin meningkatkan pengetahuan perempuan tentang isu-isu perubahan iklim, saling membangun jaringan, dan berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim," paparnya.

Tak hanya itu, tidak mudah mencari informasi tentang peran perempuan dalam perubahan iklim di media. Di Mongabay, pemberitaan tentang perempuan dan perubahan iklim berkisar 10-20 berita. Namun, bukan berarti keterlibatan perempuan dalam penanganan perubahan iklim tidak ada.

"Ada banyak komunitas perempuan di berbagai kota yang aktif dalam menyelesaikan masalah lingkungan, namun Mongabay membaginya atas dua fokus, yaitu rehabilitasi dan pengelolaan sampah. Di Makassar, misalnya, ada Womangrove atau Woman Mangrove yaitu perempuan di daerah pesisir yang aktif menanam dan menjaga mangrove. Ada juga komunitas perempuan yang mengelola sampah," tutur Redaktur Mongabay, Nur R Fajar.

Adapun Syir Asih Amanati selaku chief program officer Greeneration Foundation turut menyuarakan agar para perempuan bisa menjaga lingkungan melalui pengurangan sampah agar mampu mengurainya dan menjadikannya hal yang lebih bermanfaat.

"Ayo kita lakukan sesuatu dari diri kita, kurangi sampah yang sulit diurai, lalu buat ide besar dan ciptakan kolaborasi, lakukan sekarang juga, kalau tidak sekarang, kapan lagi," ajak Syir.

Tantangan ke depan adalah bagaimana mengembangkan informasi secara online dengan meningkatkan kapasitas perempuan dan memperbaharui infrastruktur agar mereka mudah mengakses informasi, memahami isu-isu perubahan iklim, dan meningkatkan keterlibatan aktif dalam adaptasi serta mitigasi perubahan iklim.

Climate Communication Forum mengangkat tema “Climate for Women in Climate Change Communication” ini diselenggarakan oleh CPROCOM guna memperingati Hari Kartini 21 April dan Hari Bumi 22 April, dan didukung oleh perusahaan Fajar Paper. Turut hadir pada forum ini sebagai narasumber, yaitu Nur R. Fajar (Jay) selaku Redaktur Mongabay Indonesia. Forum yang dihadiri oleh kalangan akademisi, pemerintah, sektor swasta, pegiat LSM, mahasiswa, dan media nasional ini juga menghadirkan pembicara Kartini muda, yaitu Syir Asih Amanati, Chief Program Officer Greeneration Foundation. (hd)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya