Cantiknya Tradisi Ukir Inai di Aceh

Proses ukir Inai bagi pengantin di Aceh.
Sumber :
  • VIVA/Dani Randi

VIVA – Ukir inai bagi pengantin Aceh sesuatu yang wajib dilaksanakan ketika hendak menikah. Beragam bentuk ukiran selalu berbeda dari masing-masing daerah yang ada di wilayah Aceh.

Sabang Marine Festival Usung Potensi Bahari dan Budaya Aceh

Perlombaan Boh Gaca (menghiasi tangan pengantin dengan inai) dilaksanakan di Museum Aceh, Kamis 9 Agustus 2018. Kegiatan itu dalam rangka memeriahkan acara Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) VII.

Pada kegiatan itu, masing-masing daerah mengutus lima orang peserta. Seorang menjadi peraga mempelai wanita (pengantin) berbaring di kasur yang telah disediakan. 

Marcella Zalianty Ingin Lebih Banyak Cerita Aceh Diangkat ke Publik

Sementara itu, empat lainnya mengukir inai di tangan dan bagian atas telapak kaki sang mempelai. Setiap kelompok peserta menampilkan kerapian dalam mengukir inai sesuai ciri khas daerahnya.

Proses ukir Inai bagi pengantin di Aceh.

Menengok Nilai Budaya Islam di Aceh yang Terancam Hilang

Ketua tim penjurian inai, Mughfirah menjelaskan, budaya inai merupakan pengaruh dari budaya Arab, China, Eropa, dan Hindia. Pengaruh budaya dari negara ini kemudian mewarnai kehidupan masyarakat di Aceh. 

“Perpaduan dari negara-negara inilah yang membawa seni ukir inai pada pengantin di Aceh,” ujarnya.

Kendati demikian, setiap daerah di Aceh memiliki ciri khas ukiran masing-masing. Akan tetapi, dalam perlombaan itu, dewan juri membolehkan memodifikasi setiap ukiran inai. Kata dia, ukiran inai boleh dimodifikasi seperti memadukan antara ciri khas Aceh Besar dengan Aceh Utara. Meskipun masing-masing daerah itu punya ciri khas.

Tak hanya itu, setiap ukiran inai memiliki makna tersendiri. Dia mencontohkan, ukiran inai Aceh Barat terkenal dengan Bungong Awan Sion, dan  Awan Meucanek. Banda Aceh terkenal dengan Pinto Aceh.

Begitu juga di Aceh Singkil mereka mempunyai ciri khas motif yang sangat memberikan makna bagi masyarakatnya yaitu gambar cincin Nabi Sulaiman. Sementara itu, Aceh Tenggara, dalam seni ukir inainya berbentuk lingkaran bulat.

“Mereka memaknai lambang tersebut sebagai Tuha Peut. Dalam kehidupan masyarakat itu ada Tuha Peut yang meluruskan berbagai masalah dalam kehidupan,” tuturnya. 

Proses ukir Inai bagi pengantin di Aceh.

Di sisi lain, kata Mughfirah, inai juga bermanfaat bagi orang-orang yang bermasalah dalam kesehatan. Proses pembuatan inai ini tergantung pada ukirannya dan bisa memakan waktu hingga dua jam.

“Proses ukirannya ini membutuhkan waktu lumayan lama kadang sampai dua jam. Ukirannya itu mulai dari tangan hingga ke kaki,” katanya.

Dari sisi sejarah, tambahnya, inai bermula pada masa Nabi Ibrahim. Ketika itu Nabi Ibrahim memiliki dua orang istri, Siti Sarah dan Siti Hajar.

Namanya manusia, lanjut Mughfirah, pasti memiliki sifat cemburu. Oleh karena itu, Siti Sarah sebagai istri pertama kemudian melumuri inai di tangannya supaya menarik.

“Setelah diukir, ternyata benar inai memiliki khasiat luar biasa. Siti Sarah lebih tampak mempesona. Jadi sejarah itulah mengapa seorang pengantin yang hendak dinikahkan supaya lebih mempesona diberikan ukiran inai,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya