ArtJog 2019 Sajikan Kritik Sosial pada Kerusakan Lingkungan

ArtJog 2018.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Hajatan festival seni kontemporer terbesar di Indonesia, ArtJog 2019 akan segera digelar. Festival rutin tahunan ini akan dihelat di Jogja National Museum (JNM) pada 25 Juli hingga 25 Agustus 2019.

Yang Beda dan Perlu Kamu Tahu dari ARTJOG: Resilience

Sebanyak 40 seniman dari Indonesia maupun luar negeri akan terlibat di Art Jog 2019. Seniman luar negeri yang terlibat di Art Jog 2019 ini berasal dari Australia, Filipina, Singapura dan Austria.

Direktur Artjog. Heri Pemad mengatakan pelaksanaan Artjog tahun ini mengusung tema 'Arts in Common’. Kata common merupakan istilah dalam ekologi dan lingkungan yang mengacu pada pemanfaatan sumber daya secara besar-besaran tetapi tetap tidak lupa menjaga kelestariannya.

Buka ArtJog 2019, Ini Pesan Sri Mulyani untuk Seniman

“Sub-tema di 'Common Space' ini mengacu pada lingkungan sebagai ruang, sehingga fokus pameran pada tahun ini adalah pada aspek lingkungan dan sumber daya alam di sekitar,” urai Pemad, Kamis, 11 Juli 2019.

Salah satu kurator ArtJog 2019, Agung Pujiatmika mengatakan jika ada sejumlah karya yang ditampilkan di Art Jog 2019 berbicara tentang lingkungan hidup. Salah satunya adalah karya patung dari seniman asal Jerman.

ARTJOG 2019, Seni Sebagai Ruang Bersama

Seniman itu, lanjut, Agung memiliki hobi menyelam. Dari menyelam itu kemudian lahir sebuah karya patung berisi kritik sosial terhadap rusaknya kondisi laut saat ini.

"Berawal dari hobi menyelam, dia prihatin atas kondisi terumbu karang di perairan. Dia akan membuat patung di tempatnya, lalu ditenggelamkan di laut. Patung itu akan dipakai sebagai tempat terumbu karang hidup," ujarnya.

Agung pun menerangkan jika sineas Riri Riza pun juga akan terlibat di ArtJog 2019. Riri akan menampilkan sebuah film berjudul Humba Dreams. Film itu bercerita tentang orang Sumba yang tinggal di Jakarta dan rindu pada kampung halamannya.

Kurator ArtJog 2019 lainnya, Ignatia Nilu menerangkan bahwa akan ada kolaborasi antara kelompok seni di Yogyakarta dengan desainer dari Temanggung. Proyek kolaborasi ini akan dinamai Murakabi. Kolaborasi ini akan membahas tentang kelestarian alam.

Nilu menyebut ada pula kolaborasi seniman Indonesia dengan Jepang, yaitu Bagus Pandega dan Kei Imazu membuat seni instalasi yang dinamai Artificial.

"Artificial bercerita tentang deforestasi hutan. Karya ini berupa instalasi mesin dan kabel yang terhubung pada sebuah lukisan. Lukisan Kei ini akan dirusak. Mereka ingin menggambarkan alam yang kita huni sedang terjadi interaksi dengan teknologi," terang Nilu.

Nilu menambahkan, jika ada pula seniman bernama Natashe Tontey. Lewat karyanya yang berjudul Pest to Power atau Hama Memberkati, Natashe pun mengusung tema kritik pada kondisi lingkungan saat ini.(tsy)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya