Haru, Pasangan Lansia Berpegangan Tangan saat Meninggal Karena Corona

Pasangan Betty dan Curtis Tarpley.
Sumber :
  • People.

VIVA – Pasangan yang telah menikah lebih dari setengah abad, dilaporkan meninggal karena komplikasi virus corona atau COVID-19 pada hari yang sama di Texas, Amerika Serikat. 

Keuskupan Agung Jakarta Sebut Paus Fransiskus Akan Kunjungi Indonesia September 2024

Menurut CNN, Betty dan Curtis Tarpley, 80 dan 79 tahun, meninggal hanya berselang satu jam pada 18 Juni 2020 lalu, dan berpegangan tangan pada detik-detik terakhir bersama. 

Putra pasangan itu, Tim Tarpley, mengatakan bahwa ibunya mulai menunjukkan gejala penyakit mematikan itu tepat sebelum dia dibawa ke Rumah Sakit Metodis Texas Health Harris Fort Worth, pada 9 Juni 2020. Sang ayah, dirawat di rumah sakit yang sama dua hari kemudian.

Menkes: Implementasi Nyamuk Ber-Wolbachia untuk Tanggulangi Dengue Mulai Bergulir

Baca juga: Ternyata Kencan, Pesta dan ke Dokter Gigi Tertinggi Tularkan Corona

Tarpley mengatakan, ibunya menelepon dia dan saudara perempuannya, dengan mengatakan sudah merasakan kedamaian saat kondisinya terus menurun. 

Kapten Vincent Kena Flu Singapura Sampai Bernanah: Lebih Sengsara dari COVID!

"Aku hanya berteriak, 'Tidak!' Saya seperti, 'Saya punya terlalu banyak, terlalu banyak hal lain untuk dilakukan dalam hidup ini yang ingin saya tunjukkan kepada Anda, dan saya belum siap," kenang Tim, dikutip People, Kamis 2 Juli 2020. 

Betty dan Curtis, yang sudah menikah selama 53 tahun, awalnya di tempatkan di ruangan terpisah selama menjalani perawatan. Tetapi kemudian, mereka ditempatkan bersama saat mereka dipindahkan ke ruang perawatan yang lebih nyaman. Black Throne, seorang perawat ICU di rumah sakit tersebut mengatakan, dia hanya ingin melakukan yang terbaik untuk mewujudkan keinginan pasangan itu. 

"Rasanya hal yang tepat dilakukan adalah menyatukan mereka," kata Throne dalam sebuah sesi wawancara. 

Betty meninggal sekitar 20 menit setelah mereka ditempatkan bersama, dan Curtis mengikutinya sekitar 45 menit kemudian. Meski keduanya tidak dapat berbicara satu sama lain di saat-saat terakhirnya, Tarpley percaya kedua orangtuanya masih bisa saling menghibur. 

"Jujur saya pikir mereka sangat tidak mampu sehingga yang bisa mereka lakukan adalah berbicara dengan hati, bahasa khusus yang tidak diucapkan. Mereka sangat mengenal satu sama lain, sehingga mereka dapat berkomunikasi tanpa kata-kata," kata Tarpley.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya