Survei: 84 Persen Wanita Indonesia Tak Merasa Cantik

Ilustrasi berpayung
Sumber :
  • Pixabay/Silvia

VIVA – Definisi cantik tak seperti doktrin iklan di mana wanita cantik harus putih, berambut lurus, tinggi dan langsing. Standar kecantikan tak bisa sama antara satu dan lainnya, apalagi negara seperti Indonesia yang kaya akan beragam suku bangsa dengan kecantikan mereka masing-masing. 

Biar Aman dan Terpercaya, 5 Faktor Ini Wajib Dipertimbangkan saat Pilih Klinik Kecantikan

Oleh karena itu, tak bijak rasanya jika menghakimi seseorang hanya karena penampilan mereka yang berbeda. Alangkah lebih baik jika saling menghargai keragaman kecantikan perempuan Indonesia dan mendukung terciptanya lingkungan yang positif, agar bisa membantu mereka mengembangkan potensi diri sekaligus mencegah perundungan. 

Menyadari pentingnya hal tersebut, Dove membuat gerakan #CantikSatukanKita. Sebuah gerakan yang lahir dari hasil riset Indonesia Beauty Confidence Report 2017, di mana ditemukan banyak fakta menarik tentang definisi cantik bagi seorang perempuan Indonesia. 

Rahasia Cantik Alami: Ini Manfaat Luar Biasa Belimbing Wuluh untuk Kesehatan dan Kecantikan

"Survei ini dilakukan karena kita cukup curious dengan yang ada dalam pikiran perempuan Indonesia seperti apa. Dari studi tersebut ada beberapa data yang menarik dilihat," ujar Personal Care Director Unilever Indonesia, Ira Noviarti mengawali penjelasannya, di Eastern Opulence, Jakarta Selatan, Selasa, 25 September 2018.

Riset tersebut menjelaskan bahwa 84 persen perempuan Indonesia mengaku tidak tahu betapa cantiknya diri mereka sebenarnya, dan 72 persen masih mempercayai bahwa untuk mencapai kesuksesan, perempuan harus memenuhi standar kecantikan tertentu.

Merawat Kecantikan Sesuai Ajaran Islam: Tips dan Etika yang Diajarkan oleh Rasulullah

"Para wanita Indonesia, me-represent global result kalau mereka melihat diri mereka enggak terlalu cantik. Ini kenapa kami memiliki visi bagaimana meningkatkan kepercayaan diri wanita di dunia," imbuh Ira.  

Survei terhadap sekitar 300 perempuan Indonesia tersebut dianggap bisa mewakili pendapat wanita secara global, karena Indonesia adalah contoh terbaik untuk menggambarkan keragaman. 

"Cuma saya melihat bagaimana industri kecantikan membentuk persepsi. Saya mau katakan cantik enggak cuma satu dimensi tapi banyak dimensi. Apakah itu inner atau outer beauty. Sebenarnya dengan memiliki inner beauty, efeknya akan luar biasa pada outer. Keragaman itu yang harus di-embrace, dan bagaimana wanita satu dan lainnya saling mendukung."

Meutia Hatta, Tokoh Perempuan Indonesia yang juga Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, mengatakan menurutnya apa yang membuat wanita Indonesia tak percaya diri adalah karena budaya dan kebiasaan mereka sejak kecil yang membentuk untuk rasa tidak percaya diri. 

"Dulu misal ada yang bilang 'kamu cantik,' jawabnya 'enggak kok,' itu sudah culture kita. Harusnya bangga dengan apa yang saya miliki pada diri saya,'oke saya cantik' atau 'tidak cantik tapi punya inner beauty' itu hal yang perlu ditumbuhkan, diperkuat untuk menjadi lebih baik," kata putri proklamator RI, Muhammad Hatta tersebut. 

Sementara itu, Pelopor Pendidikan Alternatif untuk Masyarakat Adat dan pendiri Sokola, Butet Manurung, turut memberikan dukungannya akan keragaman makna cantik yang sebenarnya tidak bisa disamaratakan. Terlebih seperti dirinya yang telah banyak bergelut dengan masyarakat di pedalaman. 

"Tergantung karakter geografis di situ. Di Papua penting mengangkut yang kuat, kalau (tubuh) tinggi susah, perlu yang pendek berotot, dan kalau pandai melakukan yang diidolakan (memasak, memotong kayu) di lokasi itu, wanita enggak akan cuma dibilang cantik, tapi seksi. Ketentuannya fisik itu enggak terlalu penting, mereka lihatnya yang dilakukan, itu yang membuat cantik," kata wanita kelahiran 1972 itu. 

Berbeda dengan masyarakat di perkotaan, masyarakat adat justru memiliki standar nilai cantik yang lebih objektif. Bahkan menurutnya, definisi cantik bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, jauh lebih kejam dibanding di luar negeri.

Butet memberikan contoh tentang betapa sulitnya dia menemukan krim, karena semua yang ditawarkan di toko dilengkapi pemutih.  "Mendingan buat bersihin pakaian luntur kan," ujarnya sembari bergurau. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya