Hirup Aroma Pizza Bisa Tepis Keinginan Makan Junk Food

Create Own Pizza di Mercure Hotel Bali
Sumber :
  • Beno Junianto/VIVA.co.id

VIVA – Jika Anda sering tak bisa menolak godaan menyantap makanan cepat saji atau fast food, kini ada trik mudah untuk menghentikan kebiasaan buruk itu.

Restoran Pizza Autentik Italia Peraih 'Top 50 Pizza' Kini Hadir di Jakarta

Menurut sebuah penelitian baru, produsen penyegar udara kini bisa mulai memproduksi produk beraroma makanan untuk menangkal dorongan seseorang menyantap makanan berlemak dan bergula sebagai upaya mengatasi epidemik obesitas.

Alasannya, para peneliti mengatakan, dua menit saja menghirup aroma makanan cepat saji itu bisa menangkal keinginan yang muncul karena otak tidak bisa membedakan sumber kenikmatan inderawi itu.

Gak Perlu ke Luar Negeri, Nongkrong ala Restoran Mewah New York Ada di Jakarta

"Aroma di sekitar bisa menjadi alat kuat untuk menolak keinginan makanan yang memanjakan lidah," ujar peneliti utama Profesor Dipayan Biswas seperti dikutip lan Metro.co.uk.

Biswas melanjutkan, faktanya, stimuli indera yang halus seperti aroma bisa lebih efektif dalam memengaruhi pilihan makanan anak-anak dan orang dewasa dibandingkan pelarangan.

Nikmatnya Pizza Italia Ala The Surosowan, Sensasi Lezat Kualitas Premium dengan Harga Terjangkau

Temuan yang dipublikasikan di Journal of Marketing Research ini bisa memunculkan produk pengharum ruangan dan semprotan ruangan beraroma makanan yang bisa mendorong orang untuk makan makanan lebih sehat.

Dalam studi tersebut Biswas dan rekan-rekannya mengekspos para partisipan dengan aroma baik strawberry atau apel, atau biskuit, dan pizza. Mereka yang mengendus pilihan makanan tidak sehat kurang dari 30 detik berpeluang lebih besar memiliki keinginan untuk memakannya. Eksperimen ini melibatkan remaja Amerika Serikat di kantin sekolah menengah dan supermarket, dengan hasil yang didukung hasil laboratorium.

Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa hanya sedikit penciuman aroma makanan yang digoreng seperti burger atau pizza, sudah cukup membuat kita membelinya. Tapi, Biswas mengatakan, membiarkan kita terus mencium aroma itu selama 120 detik lebih lama justru aman membantu membuat kita menolak makanan itu. Dia mengatakan salah satu produsen di Amerika Serikat tengah memproduksi pengharum beraroma cupcake dan biskuit.

"Beberapa perusahaan menjual penyemprot ruangan beraroma kue dengan jenis berbeda. Jika penelitian kami dilakukan di tempat yang bukan toko, kantin, dan bukan di latar lab, seperti di rumah, maka menggunakan pengharum ruangan atau lilin beraroma kue mungkin saja bisa mendorong pilihan lebih sehat di rumah," lanjut Biswas.

Namun, tentu saja riset tambahan dengan latar rumah diperlukan untuk mengeksplorasi hal ini lebih mendalam.

Biswas mengatakan, semakin banyak penjual yang menggunakan aroma ruangan sebagai cara menarik pelanggan, menstimulasi penjualan, memengaruhi mood dan menciptakan kesenangan serta pengalaman belanja yang menyenangkan. Aroma ini seringkali ditebarkan di supermarket, hotel, restoran, dan kantin.

"Meski para manajer biasanya fokus pada faktor indera suasana berkaitan dengan visual dan pendengaran, ada tren meningkat yang fokus pada indera penciuman sebagai strategi dalam atmosfer retail," kata Biswas.

Misalnya, Samsung menebarkan aroma madu melon ke tokonya di New York.

Meski para manajer menggunakan jenis aroma ruangan berbeda, pengharum beraroma makanan sudah cukup umum. Pada tren baru-baru ini, banyak restoran menambahkan aroma makanan artifisial yang bahkan tidak ada dalam menu mereka. Misalnya, restoran Alinea di Chicago yang menggunakan batang kayu manis yang dibakar dan cabang rosemary sebagai pengharum ruangan mereka.

"Melihat keunggulan pengharum ruangan sebagai alat pemasaran dan popularitas pengharum beraroma makanan di pasaran, riset ini menilai pengaruh pengharum ruangan beraroma makanan pada pilihan produk pelanggan," imbuh Biswas.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya