Sama Bahayanya, Rokok Elektronik Juga Berisiko Timbulkan Kanker

Rokok elektrik atau vape.
Sumber :
  • pixabay/LindsayFox

VIVA – Risiko kanker yang ditimbulkan dari rokok tembakau tentu sudah bukan lagi hal baru. Namun, kini sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa konsumsi rokok elektronik atau vape juga bisa menimbulkan risiko kanker paru-paru.

Bea Cukai Ajak Masyarakat Berantas Rokok Ilegal di Jember dan Banyuwangi

Menurut dr Vinka Imelda dari Yayasan Kanker Indonesia, risiko itu ditimbulkan oleh asap rokok yang mengandung banyak bahan atau partikel yang dapat memicu terjadinya kanker. Sejumlah riset juga membuktikan peningkatan risiko kanker paru pada perokok juga dipengaruhi ketebalan asap rokok (terutama berasal dari asap rokok kretek), frekuensi merokok dan kedalaman isapan saat merokok.

Hal ini membuat banyak orang memilih menggunakan rokok elektronik yang disebut-sebut lebih aman dibandingkan rokok tembakau pada umumnya. Namun, menurut Vilda, penggunaan rokok elektronik sama bahayanya dengan rokok.

Pasal Tembakau di RPP Kesehatan Dinilai Ancam Pelaku Usaha dan Budaya Indonesia

"Jadi tidak lebih aman dari rokok tembakau. Karena selain mengandung nikotin yang menyebabkan adiksi atau ketagihan, uap rokok elektronik juga mengandung bahan karsinogen lain yang justru tidak ada pada rokok tembakau," kata Vilda di Sekretariat Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 14 Mei 2019

Ia menjelaskan, sejumlah penelitian menunjukkan uap rokok elektronik mengandung nikotin dan bahan karsinogen yang mampun menyebabkan kanker, seperti propylene glycol, gliserol, formaldehid dan bahan toksik lain.

Jalin Sinergi, Bea Cukai Madura dan Satpol PP Bangkalan Gelar Sosialisasi Gempur Rokok Ilegal

Zat-zat tadi, kata Vilda, mampu merangsang iritasi dan peradangan serta menimbulkan kerusakan sel. Belum lagi adanya senyawa perasa makanan, seperti vanillin dan cinnamaldehyde yang juga dapat merusak sel-sel organ tubuh, termasuk paru-paru, dan rokok elektronik menjadi beracun.

Di Indonesia penelitian tentang tingkat risiko kanker dengan asap rokok elektronik belum dapat membuktikan hubungan sebab akibat. Ini karena kanker membutuhkan waktu lama untuk dapat terdeteksi yang biasanya lebih dari 10 tahun perokok aktif. Sedangkan penggunaan rokok elektronik secara luas belum mencapai 10 tahun.

"Tapi persepsi tentang penggunaan rokok elektronik sebagai salah satu upaya untuk berhenti merokok adalah persepsi yang salah," kata Vilda.

Ini karena berdasarkan berbagai hasil penelitian di luar negeri dapat disimpulkan, rokok elektronik berpotensi menimbulkan adiksi, meningkatkan risiko kanker dan risiko kesehatan lainnya pada pengguna dan orang Iain yang terpapar uapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya