Kegemukan, Risiko Tinggi Kematian Akibat COVID-19

Ilustrasi gemuk.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Obesitas atau kegemukan menjadi risiko paling utama yang menyebabkan kematian terjadi pada pasien COVID-19. Peneliti menemukan sebanyak 6 dari 10 pasien di Inggris mengalami gejala COVID-19 yang lebih parah akibat bobot tubuhnya berlebih.

Ahli Ungkap 7 Tanda Sekarat hingga Sebabkan Kematian, Apa Saja?

Dikutip dari laman Daily Star, kaitan antara bobot tubuh berlebih dan gejala parah pada COVID-19 telah dianalisis pada 15.100 pasien COVID-19 di rumah sakit di Inggris. Studi dilakukan oleh para peneliti di Edinburgh, Liverpool, dan Imperial College London Universities.

"Lemak berlebih dapat menambahkan badai sitokin, yang disebabkan oleh COVID-19. Kondisi itu terjadi akibat terlalu banyak protein yang diproduksi untuk melawan virus," kata peneliti Inggris, Professor Peter Openshaw.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Faktanya, 30 persen orang dewasa dikelompokkan sebagai obesitas dan lebih dari 60 persen lainnya dikelompokkan sebagai bobot berlebih. Sejalan dengan itu, di Amerika Serikat juga ditemukan bahwa faktor kronis terbesar pada keparahan COVID-19 adalah kegemukan. 

Studi di Amerika Serikat juga menemukan bahwa pria di bawah usia 35 tahun dapat memiliki gejala COVID-19 yang parah jika bobot tubuhnya berlebih.

Kematiannya Dianggap Tak Wajar, Makam Seorang Pria di Garut Dibongkar

Disebutkan bahwa obesitas tanpa penyakit penyerta lain, bisa menjadi faktor tersendiri yang membuat serangan virus corona jenis SARS-CoV-2 itu semakin parah.

Di AS, peneliti mengobservasi 4000 pasien virus corona di rumah sakit di New York dan ditemukan bahwa kelompok dengan Indeks Massa Tubuh lebih dari 30 atau termasuk obesitas, menjadi faktor risiko yang berdiri sendiri dalam memicu keparahan gejala COVID-19. Faktor tersebut berada di urutan kedua setelah faktor usia.

"Menurut studi terbesar di Amerika Serikat berdasarkan pasien di rumah sakit, faktor risiko terbesar setelah usia adalah kegemukan," ujar peneliti Amerika Serikat Lori Harfenist.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya