Waspada, Stunting dan Gizi Buruk pada Anak Sama Bahayanya dengan Corona

Ilustrasi orangtua dan anak
Sumber :
  • Pixabay/ParentiPacek

VIVA – Meski kasus virus corona atau COVID-19 pada anak relatif jarang, namun data menunjukkan sudah ada anak yang dilaporkan positif terjangkit virus ini. Untuk itu, pemenuhan gizi anak harus tetap diperhatikan untuk menjaga imunitas agar terhindar dari infeksi penyakit, terutama COVID-19. 

Miris! Angka Stunting Cuma Turun 0,1 Persen, Padahal Sudah Keluar Puluhan Triliun

Hal ini turut diungkapkan oleh Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, dr. Kirana Pritasari, MQIH. Menurutnya, imunitas tubuh erat kaitannya dengan cukup atau tidaknya asupan makan anak, yang akan berpengaruh langsung terhadap status gizi dan imunitasnya. 

"Dengan asupan makan yang cukup baik jumlah, jenis, dan frekuensinya, maka imunitas akan terjaga sehingga anak mampu menangkal penyakit infeksi, atau setidaknya bila terlanjur terinfeksi maka dapat cepat sembuh kembali,” ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima VIVA, Rabu 22 April 2020. 

Menkes Ungkap Alasan Tingkat Stunting Indonesia Baru Turun 0,1 Persen

Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), Arif Hidayat mengatakan, stunting dan gizi buruk sama berbahayanya dengan virus corona. 

"Jika bicara dampak jangka panjang, stunting jelas lebih berbahaya. Anak yang terkena stunting sepanjang hidupnya akan dihantui gangguan kesehatan, kurang produktif hingga menjadi beban bagi keluarga," ujarnya. 

1000 Hari Kehidupan Penting untuk Cegah Stunting, Dimulai dari dan Sampai Kapan?

Oleh karena itu, Arif berharap pemerintah dan seluruh elemen masyarakat dapat lebih memerhatikan aspek kesehatan keluarga terutama pemenuhan gizi anak.

"Kita perlu mengapresiasi berbagai upaya masyarakat menggalang bantuan. Tapi yang perlu diingat adalah jangan sampai paket-paket sembako yang dibagikan ke masyarakat justru berisiko terhadap kesehatan mereka di masa depan," lanjut dia. 

Kekhawatiran tersebut disampaikan Arif bukan tanpa alasan. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat memberikan produk-produk instan dan tinggi gula di dalam paket sembako. 

"Pada umumnya, paket sembako bantuan masyarakat biasanya dilengkapi produk-produk seperti mi instan, ikan kaleng, susu kaleng atau kental manis. Jelas, ini bukan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi anak-anak terutama balita," kata dia. 

Disampaikan Arif, daripada memberikan anak makanan instan, lebih baik masyarakat memanfaatkan bahan makanan yang banyak disediakan di lingkungan sekitar. 

"Banyak masyarakat mengeluh pandemi mengakibatkan pendapatan keluarga berkurang, sementara ada kebutuhan susu untuk anak. Di sini saya ingatkan, asupan protein untuk anak bisa didapat dari bahan-bahan pangan lokal di sekitar kita," tuturnya. 

Arif memberikan beberapa contoh, salah satunya daun kelor. Selain tinggi protein, daun kelor juga kaya vitamin C. Protein ini juga bisa diperoleh dari tempe, tahu dan telur. 

"Jangan sampai nanti karena harga susu anak mahal menjadi alasan masyarakat memberikan anak minuman instan seperti kental manis, ini yang kita juga musti awasi" tegas Arif.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya