Dampak Baru COVID-19, Pria Alami Ereksi Selama 4 Jam

Ilustrasi pria/laki-laki.
Sumber :
  • Pixabay/pexels

VIVA – Temuan baru menunjukkan, virus corona atau COVID-19 dapat menyebabkan priapisme, yaitu ereksi yang berlangsung lebih dari 4 jam, demikian dokter memperingatkan. 

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Dilansir Daily Mail, seorang pria berusia 62 tahun dari Perancis yang tidak diketahui identitasnya menderita kondisi yang menyakitkan, ketika mendapatkan perawatan di rumah sakit karena infeksi virus corona yang parah. 

Ereksi yang diderita disebabkan oleh darah yang terperangkap di penis, yang ditemukan penuh dengan gumpalan darah saat dikeringkan oleh petugas medis. Pembekuan darah atau trombosis, telah dilaporkan sebagai komplikasi berbahaya yang dialami hingga sepertiga dari pasien yang terinfeksi COVID-19.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Baca juga: Meski Sudah Sembuh, Pasien COVID-19 Masih Diserang Sakit Misterius

Ketika gumpalan memblokir arteri atau vena, penyumbatan dapat memicu serangan jantung fatal dan stroke. Sehingga dapat menyebabkan priapisme. Kasus ini diyakini sebagai priapisme pertama yang tercatat sebagai efek samping dari virus corona. 

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

Namun beruntung, kini pasien tersebut sudah tidak menjalani perawatan intensif setelah menghabiskan 2 minggu dengan ventilator, dan sekarang dia sudah sembuh dari COVID-19. 

Dokter di Centre Hospitalier de Versailles di Le Chesnay, daerah dekat Paris, menulis tentang pria itu dalam American Journal of Emergency Medicine. Myriam Lamamri, seorang dokter perawatan intensif, menjelaskan bahwa pembekuan darah yang disebabkan oleh COVID-19 sudah banyak dilaporkan selama pandemi. 

Dr Lamamri mengatakan, 'trombosis penis' merupakan kasus pertama yang dilaporkan pada pasien COVID-19. Dr Richard Viney, konsultan ahli bedah urologi di Rumah Sakit Queen Elizabeth di Birmingham, mengatakan kasus ini 'menarik' dan dia belum pernah menemukan pasien COVID-19 dengan priapisme. 

"Kami belum melihat kasus priapisme terkait COVID-19 seperti ini dan kami telah menangani lebih banyak pasien COVID-19 daripada rumah sakit Eropa lainnya sejauh yang saya ketahui. Jadi, ini jelas merupakan manifestasi yang jarang terjadi, tetapi jelas berasal dari COVID-19," kata dia. 

"Pada pasien ini, ia memiliki priapisme aliran rendah yang tentunya cocok dengan mikroemboli (pembekuan kecil yang terbentuk dalam pembuluh darah yang lebih kecil) dan ini adalah salah satu komplikasi dari COVID-19, yang kita lihat di banyak sistem organ lain," tutur Viney.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya