Penyakit Baru Anaplasmosis Meningkat, Gejalanya Mirip COVID-19

Serangga penyebab penyakit Anaplasmosis.
Sumber :
  • Medical Daily.

VIVA – Pandemi virus corona atau COVID-19, menyebabkan munculnya penyakit lain. Kini, ada kemungkinan penyakit yang dikenal sebagai anaplasmosis, juga diperkirakan meningkat. 

Dilansir Medical Daily, penyakit tersebut menyebar ke orang-orang melalui gigitan kutu, demikian menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC). Mungkin, agak sulit membedakannya dari virus corona, karena gejala penyakitnya mirip dengan COVID-19. 

Menurut CDC, beberapa gejala anaplasmosis, meliputi demam, sakit kepala, kedinginan dan nyeri otot. Sebagian besar orang mungkin terbiasa dengan gejala ini karena mirip dengan gejala COVID-19. Dan kini, penyakit tersebut meningkat di bagian timur laut New York, AS.

Baca juga: Ratusan Ilmuwan Sebut COVID-19 Menular Lewat Udara

Byron Backenson, wakil direktur Biro Pengendalian Penyakit Menular Departemen Kesehatan negara bagian tersebut, mengungkapkan hal ini melalui Adirondack Explorer.

Bagi mereka yang tidak menyadari, gejala anaplasmosis, biasanya dimulai satu hingga dua minggu setelah seseorang terkena gigitan kutu ini. Anaplasmosis, bukan penyakit umum yang mudah ditemui. Meski langka, penyakit ini bisa fatal jika tidak ditangani dengan benar. 

Karena sebagian besar perhatian orang tertuju pada COVID-19, Backenson mengakui sulit menginformasikan kepada publik tentang anaplasmosis ini. Rumitnya, penyakit ini dibayangi oleh penyakit Lyme, penyakit yang juga ditularkan melalui kutu yang biasa ditemukan di New York. 

Ada lebih dari 5.500 kasus yang dilaporkan setiap tahun akibat penyakit ini. AS mendapati lebih dari 300 kasus terkait dengan anaplasmosis pada 2009. Namun, kasus penyakit ini diperkirakan telah meningkat. 

DMI Gelar Muktamar ke-VIII, Ini Tiga Agenda Penting yang Dibahas

Berdasarkan catatan dari 2018, kasus-kasus penyakit ini meningkat lebih dari tiga kali lipat. Dibanding dengan penyakit Lyme, anaplasmosis lebih mudah didiagnosis. Menurut CDC, pengobatan biasa untuk penyakit ini dilakukan melalui pemberian antibiotik. 

Dengan sebagian besar negara yang mulai membuka diri, kemungkinan terinfeksi atau digigit kutu saat berada di luar rumah bisa memperumit masalah. Karena sebagian besar orang pasti ingin keluar rumah, setelah berbulan-bulan terkurung.

Jaksa KPK Ungkap Andhi Pramono Dapat Kiriman Uang 'Lekas Sembuh' Rp80 Juta saat Sakit Covid-19

Baca juga: Pandemi Virus Corona Diklaim akan Hilang Sendiri, Tak Butuh Vaksin

Untuk mengurangi kemungkinan digigit oleh kutu penyebab anaplasmosis, hindari area tertentu. Termasuk, tempat dengan banyak pepohonan atau berumput, seperti yang disarankan oleh Departemen Kesehatan New York. Alasannya, serangga ini menempel pada rumput atau semak-semak. Hewan ini biasanya tinggal di taman atau halaman rumah, terutama di tepi hutan atau dinding batu tua. 

Target Anak Usaha Telkom Tidak Main-main

Sebaiknya, hindari kontak dengan tanah, daun, dan tumbuh-tumbuhan. Akan lebih baik menggunakan sepatu, celana panjang dan baju lengan panjang, jika melalui tempat-tempat yang disebutkan di atas. Sering memeriksa pakaian dan memantau kulit yang terpapar oleh kutu secara teratur juga disarankan.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin

Menkes: Implementasi Nyamuk Ber-Wolbachia untuk Tanggulangi Dengue Mulai Bergulir

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan metode penanggulangan dengue menggunakan nyamuk ber-Wolbachia mulai bergulir di lima kota besar di Pulau Jawa.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024