CDC Tunjukkan Penyebaran COVID-19 di Pesawat, Masih Berani Liburan?

Ilustrasi kursi duduk pesawat.
Sumber :
  • www.pixabay.com/StelaDi

VIVA – Penelitian yang diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, menganalisis salah satu penerbangan selama 10 jam pada bulan Maret. Hal itu untuk melihat penyebaran virus corona atau COVID-19 saat dalam pesawat selama di udara.

Keuskupan Agung Jakarta Sebut Paus Fransiskus Akan Kunjungi Indonesia September 2024

Dilansir dari laman Daily Star, Selasa, 22 September 2020, penerbangan VN54 dari London ke Hanoi pada 2 Maret membawa 217 penumpang. Hasilnya, 16 di antaranya didiagnosis dengan COVID-19 usai turun dari penerbangan itu.

Baca Juga: Liburan saat Pandemi Virus Corona Itu Menyusahkan Semua Orang

Menkes: Implementasi Nyamuk Ber-Wolbachia untuk Tanggulangi Dengue Mulai Bergulir

Dalam analisis, ditunjukkan bahwa seorang wanita Vietnam berusia 27 tahun yang duduk di kelas bisnis diyakini menjadi sumber wabah. Ini berarti satu penyebar super alias super spreader mampu menularkan SARS-CoV-2 ke seluruh pesawat.

Laporan mengatakan 12 penumpang kelas bisnis lainnya diketahui telah tertular virus selama penerbangan. Studi tersebut menemukan bahwa adanya faktor kedekatan tempat duduk sangat terkait dengan peningkatan risiko infeksi.

Kapten Vincent Kena Flu Singapura Sampai Bernanah: Lebih Sengsara dari COVID!

Baca Juga: Pemerintah Beberkan Alasan Masker Scuba dan Buff Dilarang

Ilustrasi kabin pesawat.

Padahal, penumpang di kelas bisnis lebih diberi jarak daripada penumpang kelas ekonomi. Para peneliti juga memberi kesimpulan bahwa praktik jarak sosial saat ini dengan mengosongkan kursi tengah dalam penerbangan tampaknya tidak cukup untuk mencegah peristiwa superspreading itu.

"Kami menyimpulkan bahwa risiko penularan SARS-CoV-2 di dalam pesawat selama penerbangan panjang adalah nyata dan berpotensi menyebabkan kelompok COVID-19 berukuran besar. Bahkan dalam pengaturan seperti kelas bisnis dengan pengaturan tempat duduk yang luas jauh di luar jarak yang ditetapkan digunakan, untuk menentukan kontak dekat di pesawat," kata studi tersebut.

Tim peneliti menyarankan bahwa selama COVID-19 hadir dan menjadi ancaman pandemi global tanpa adanya tes tempat perawatan yang baik, maka tindakan pencegahan infeksi di pesawat yang lebih baik dan prosedur pemeriksaan kedatangan diperlukan untuk membuat penerbangan aman.

Laporan tersebut merekomendasikan bahwa langkah-langkah screening dan pencegahan infeksi harus diperketat. Terutama bagi mereka yang bepergian dari negara-negara dengan penularan virus corona yang diketahui tinggi, harus diterapkan di bandara dan di pesawat dan pemakaian masker harus diwajibkan.

Diketahui, dalam upaya menjaga kelangsungan bisnis, maskapai penerbangan telah melakukan berbagai langkah kebersihan untuk meminimalkan risiko masuk dan menyebar virus corona atau COVID-19 di dalam pesawat. Protokol baru termasuk pemeriksaan suhu, pembersihan yang lebih intensif, dan penggunaan masker wajib untuk semua penumpang di pesawat.

Namun, studi baru menunjukkan bahwa belum ada hasil baik dari menjaga jarak kursi pesawat. Sehingga strategi umum lainnya perlu digunakan untuk memastikan penumpang tidak terlalu berdekatan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya