Kabar Baik, Pandemi COVID-19 Bakal Punah Sendiri

Ilustrasi Virus Corona COVID-19
Sumber :
  • pixabay

VIVA – Meski kasus COVID-19 masih meningkat, namun dokter tetap optimis virus akan punah dengan sendirinya. Kondisi tersebut diperkuat dengan faktor kekebalan tubuh yang ada di dalam populasi dunia.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

Dikutip dari laman The Conversation, Dokter kanker Inggris Prof Karol Sikora baru-baru ini mengklaim bahwa pandemi COVID-19 saat ini akan hilang sendiri. Menurutnya, jika ada lebih banyak infeksi daripada yang kita sadari dengan gejala ringan, itu menghasilkan kekebalan yang kuat.

Maka kondisi ini akan dengan cepat mengarah pada kekebalan kelompok alias herd immunity sehingga virus tidak akan menyebar lagi. Penyebaran kekebalan ini di populasi dunia akan makin menguat dan virus akan dibasmi dengan sendirinya.

Salat Id di Masjid Agung Al-Azhar, JK Ngaku Senang Lebaran Kali Ini Ramai

Baca juga: Cara Aman Jaga Keuangan di Saat Pandemi

Tentu, teori itu menimbulkan keraguan bahwa membiarkan virus hilang dengan sendirinya akan menjadi jawaban yang tidak masuk akal untuk masalah COVID-19. Sehingga, banyak yang lebih merasa masuk akal membayangkan masa depan di mana kita bisa hidup berdampingan dengan SARS-CoV-2.

2 Keuntungan Bisa Didapat Konsumen dari Konsep Ini

Jika dibandingkan dengan virus sepupunya, SARS-CoV-1 yang menyebabkan pandemi SARS, memang tidak hilang dengan sendirinya. Tetapi, wabah tersebut dapat dikendalikan dengan lebih baik melalui langkah sederhana yang tak berbeda dengan penanganan COVID-19.

Sebagian besar dikendalikan oleh langkah-langkah kesehatan masyarakat sederhana seperti mengenali gejala (demam dan masalah pernapasan), mengisolasi dan mengkarantina kasus yang dicurigai, dan membatasi perjalanan semuanya. SARS-CoV-1 menular dan langsung menunjukkan gejala sehingga mereka langsung mengisolasi diri.

Baca juga: Hubungkan Kedua Telapak Tangan dan Cek Artinya, Nomor 3 Paling Unik

Hampir semua orang di planet ini akan tetap rentan terhadap SARS meski dalam beberapa dekade telah menghilang. Namun, penularannya tak meluas lantaran orang yang sakit akan menunjukkan gejala yang khas.

Dalam jangka waktu yang mirip dengan virus sepupunya, SARS-CoV-2 telah terbukti lebih menular tetapi tampaknya tidak terlalu mematikan dibandingkan sepupunya yang lahir hampir 20 tahun lalu. Kekhawatiran tambahan, bahwa SARS-CoV-2 menyebar secara luas sebelum orang jatuh sakit alias Orang Tanpa Gejala.

Ini yang membedakan kedua virus tersebut. Kondisi itu membuat tenaga kesehatan yang berbasis pada gejala, yang sebelumnya bekerja dengan baik untuk SARS, sebagian besar tidak mampu menahan penularan COVID-19. Intinya, kemudahan penularan ini berarti SARS-CoV-2 jauh lebih menantang untuk dikendalikan.

Untuk itu, dianjurkan agar menjaga jarak serta mencuci tangan selama pandemi masih berlangsung. Menghindari kerumunan juga yang paling masuk akal mengingat banyaknya pasien OTG COVID-19.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya