Sembilan Juta Anak Indonesia Menderita Stunting

Ilustrasi lutut anak.
Sumber :
  • Pixabay/CarolinaP

VIVA.co.id – Stunting, atau kondisi perawakan tubuh pendek akibat kekurangan gizi, cukup memprihatinkan karena berdampak panjang pada kesehatan tubuh. Diketahui, sekitar sembilan juta anak di Indonesia menderita stunting.

Mengapa Anak Perlu Suplemen Nutrisi? Ini Alasannya

Permasalahan gizi saat ini di Indonesia, menjadi prioritas utama, khususnya pada anak-anak. Terlebih, permasalahan gizi sendiri, tidak mudah untuk diselesaikan dalam waktu singkat.

Permasalahan gizi yang ada saat ini, cukup rumit karena mencakup masalah kesehatan yang terhitung dua kali lipat.

Gandeng USAID, Freeport Indonesia Siapkan US$3,53 Juta 'Perangi' Stunting di Papua

"Saat ini, Indonesia memiliki masalah gizi yang kompleks. Beban ganda dalam persoalan gizi yaitu tingginya prevalensi stunting, prevalensi underweight, dan permasalahan gizi lebih," ujar pejabat Direktorat Masyarakat dari Kementerian Kesehatan, R. Giri Wurjandaru, di acara yang bertajuk “Apa Yang Harus Dilakukan Selanjutnya Untuk Mengurangi Beban Ganda Gizi di Indonesia?” di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis 15 Desember 2016.

Angka dari ketiga permasalahan tersebut, khususnya pada stunting, cukup tinggi. Di mana, menurut data Riskesdas 2013, angka stunting pada anak mencapai 37,2 persen.

Dana Program Stunting di Banjarmasin Diduga Berasal dari Pungli 27 Puskesmas

"Prevalensi gizi kurang (underweight) pada balita di Indonesia meningkat 19,6 persen, prevalensi obesitas sentral 26,6 persen, dan prevalensi stunting 37,2 persen (Riskesdas 2013)," lanjutnya.

Sehingga, perbaikan pada status gizi terhadap anak-anak, terus digalakkan oleh pemerintah. Sebab, bahaya dari besarnya angka stunting, memicu permasalahan lebih kompleks terkait kesehatan individu.

"Akibatnya pada anak, akan ada hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan tubuh, penurunan fungsi kognitif dan gangguan sistem pembakaran lemak. Saat dewasa, permasalahan menjadi obesitas, penyakit jantung koroner, hipertensi dan osteoporosis," kata dia.

Tinggi badan anak.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya