Penanganan Penyakit TBC di Indonesia Masih Rendah

Ilustrasi sistem pernapasan dan paru-paru.
Sumber :
  • Pixabay/OpenClipart-Vectors

VIVA.co.id – Studi global terbaru yang dilakukan oleh Institute Health Metrics and Evaluation (IHME) di University of Washington menyebutkan, sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini berada di peringkat tinggi dalam menangani penyakit-penyakit yang dapat dicegah melalui vaksinasi.

Misalnya, difteri dengan skor 98 dan testicular yang mendapat skor 94. Tapi, dalam beberapa kategori seperti penyakit pembuluh darah di otak dan tuberkulosis (TBC), menduduki peringkat lebih rendah dengan skor 27.

Studi ini merupakan upaya awal yang dilakukan untuk menilai akses dan kualitas layanan kesehatan di 195 negara. Para peneliti menggunakan Indeks Healthcare Access and Quality (HAQ) yang didasarkan pada angka kematian yang disebabkan oleh 32 penyebab yang dapat dihindari oleh pelayanan kesehatan yang efektif dan tepat waktu.

Metode ini dikenal dengan 'Amenable Mortality' atau Angka Kematian Oleh Penyebab yang Sebetulnya Diketahui Cara Penanganannya.

Peneliti senior dan Direktur IHME, Dr. Christopher Murray mengatakan, temuan mengenai akses dan kualitas pelayanan kesehatan ini sangat memprihatinkan.

"Negara-negara dengan ekonomi kuat tidak menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang baik. Demikian halnya dengan keberadaan teknologi kesehatan yang unggul," ujar Christopher dalam keterangan tertulis yang diterima VIVA.co.id, Selasa, 23 Mei 2017.

Sebagai contoh, Norwegia dan Australia, masing-masing secara umum mencatat skor 90 di antara negara-negara dengan skor tinggi lainnya. Akan tetapi, Norwegia mencatat skor 65 dalam hal perawatan kanker testis. Sementara Australia mencatat skor 52 dalam hal perawatan kanker kulit non melanoma.

Negara dengan rating tertinggi dalam studi ini adalah Andorra dengan keseluruhan mencapai 95, skor terendah yang tercatat adalah untuk penanganan Hodgkin's lymphoma di angka 70.

Sedangkan rating terendah adalah Republik Afrika Tengah yang tercatat hanya 29. Skor tertinggi mereka adalah dalam hal penanganan difteri yang mencapai skor 65.

Bukan Hanya COVID-19, Penyakit Ini Juga Tak Kalah Mematikan
Logo USAID.

AS Donasikan US$1,6 Juta untuk RS Muhammadiyah

USAID meningkatkan perawatan bagi pasien kritis karena Tuberkulosisi (TBC) dan COVID-19 dengan menyumbangkan peralatan medis senilai US$1,6 juta.

img_title
VIVA.co.id
23 Februari 2022