- Pixabay/ rawpixel
VIVA.co.id – Sebuah penelitian menemukan, mencium aroma makanan sebelum memakannya memiliki keterkaitan dengan bertambahnya berat badan.
Dilansir laman The Indepedent, Senin, 10 Juli 2017, dalam penelitian yang menggunakan tikus percobaan, sejumlah peneliti Amerika Serikat menemukan bahwa aroma makanan berperan penting dalam bagaimana tubuh memproses kalori.
Untuk mendapatkan hasil penelitian, para peneliti di University of California, Berkeley, menggunakan terapi gen untuk memotong indera penciuman sekelompok tikus percobaan yang obesitas.
Para ilmuwan kemudian menemukan kalau tikus yang tidak mencium apapun, berat badannya berkurang dibandingkan mereka yang bisa mencium. Namun, tim peneliti juga dikejutkan dengan penemuan bahwa tikus yang lebih kurus yang juga tidak bisa mencium, makan-makanan berkalori tinggi dengan jumlah yang sama dengan tikus yang bisa mencium.
Selain itu, tikus yang bisa mencium, berat badannya bertambah dua kali lipat. Sementara tikus yang penciumannya ditingkatkan, mengalami penambahan berat badan yang paling banyak.
Tim peneliti percaya bahwa mencium makanan bisa memicu tubuh untuk menyimpannya daripada membakarnya.
"Laporan ini merupakan salah satu penelitian pertama yang benar-benar menunjukkan jika kita memanipulasi penciuman, kita bisa mengubah bagaimana otak menerima keseimbangan energi, dan bagaimana otak mengatur keseimbangan energi," ujar Celine Riera dari Cedars-Sinai Medical Center di Los Angeles.
Para peneliti yang berada di belakang penelitian yang diterbitkan di jurnal Cell Metabolism ini berharap, penelitian ini bisa membantu mereka yang memiliki masalah gangguan makan, yang meliputi anoreksia karena usia, cidera atau mengalami penyakit seperti Parkinson's.
Penelitian ini juga bisa membantu mereka yang mencoba menurunkan berat badan.
