Hati-hati, Terobsesi Kerapian Rentan Jadi Rasis

Demonstrasi anti-rasis di Atlanta, Georgia, AS.
Sumber :
  • REUTERS/Chris Aluka Berry

VIVA – Sejumlah peneliti telah menemukan kaitan antara prasangka sosial dengan ketidaksukaan pada ketidaksesuaian visual. Sebuah studi baru yang dilakukan di Universitas Yale, Amerika Serikat menyatakan, bahwa kecenderungan pada keseragaman estetik, yang sering diartikan sebagai obsesi pada kerapian dan pengelompokan simetris sebagai basis baru prasangka.

Relawan Pemimpin Indonesia Dukung Prabowo-Gibran untuk Majukan UMKM

Penelitian menjelaskan, kebencian pada hal seperti bingkai yang miring, garis yang melenceng dan meja berantakan bisa menjelaskan kenapa beberapa orang mendiskriminasi kelompok yang menyimpang secara sosial, seperti etnis minoritas dan pecandu obat-obatan terlarang.

Dilansir dari Independent, Kamis, 30 November 2017, setelah melakukan delapan rangkaian eksperimen pada anak-anak dan orang dewasa berdarah Amerika dan China, para peneliti menemukan bahwa mereka yang menunjukkan antipati pada keanehan geometris memiliki skor lebih tinggi pada tes diskriminasi.

Nasdem Sulsel: Lokasi Kegiatan Jalan Gembira Bersama Anies-Gus Imin Sudah Bersih dan Bisa Digunakan

Dalam penelitian, para partisipan diminta untuk menanggapi pola visual yang rusak dan skenario fiksi di mana terdapat segregasi sosial yang jelas. Salah satu skenario ini mengambil tempat di sebuah kota khayalan yang ditinggali oleh bangsa Flurps, di mana satu warganya tinggal di rumah berwarna hijau, sementara warga lainnya tinggal di rumah berwarna biru.

Kelompok lainnya yang digambarkan dalam foto meliputi orang obesitas, cross-dresser atau orang yang senang memakai pakaian lawan jenis dan pasien penderita kondisi penyakit kulit parah. Para peneliti menemukan ada kaitan kuat antara mereka yang merespons pada kebencian terhadap kelompok-kelompok ini dan mereka yang juga mengekspresikan ketidakpuasan terhadap penyimpangan pola.

Zaidul Akbar Sebut Prasangka Buruk Bisa Serang Jantung

Menurut laporan penelitian, yang dipublikasikan di jurnal Natural Human Behaviour, korelasi ini lebih prevalen di partisipan yang lebih tua. "Penelitian ini memang menyediakan penjelasan potensial sederhana mengenai kenapa orang merasa tidak tenang dan tidak suka orang yang menyimpang dari norma sosial," kata peneliti utama Anton Gollwitzer. (mus)

Ilustrasi bergosip/gibah.

Bahaya Ghibah yang Menggerogoti Pahala Puasa Ramadhan

Dalam ajaran agama islam, membicarakan buruk (Ghibah) tentang seseorang, perbuatan yang tidak dianjurkan saat menjalankan ibadah puasa ramadhan dan termasuk dosa besar.

img_title
VIVA.co.id
13 Maret 2024