Waspada Kelompok Wanita yang Rentan Alami Kekerasan

Ilustrasi perempuan.
Sumber :
  • www.pixabay.com/Counselling

VIVA – Tidak sedikit kasus kekerasan pada perempuan terjadi di ruang publik di DKI Jakarta. Menurut sebuah survei yang dilakukan di tiga wilayah di Jakarta, terdapat beberapa kelompok wanita yang rentan menjadi korban kekerasan.

Ini Upaya Pemprov DKI Tangani Kekerasan pada Perempuan dan Anak

Survei yang dilakukan oleh UN Women Indonesia, menemukan bahwa beberapa jenis pekerjaan dan kelompok tertentu, rentan menjadi korban kekerasan. Salah satunya kelompok perempuan dengan disabilitas fisik, atau mental.

Misal, perempuan dengan keterbatasan penglihatan, atau disabilitas mental yang tidak mampu memahami apa yang terjadi pada mereka. Dari survei tersebut, banyak dari responden yang bercerita tentang orang-orang yang menggesek-gesekan badannya, berdiri terlalu dekat, atau bahkan memamerkan kelaminnya.

Angka Kekerasan Meningkat, Begini Terobosan Keren Komnas Perempuan

Selanjutnya, yaitu kelompok LBT atau lesbian, biseksual, dan transgender di Jakarta. Pelaporan terkait kasus kekerasan pada kelompok ini, cukup mengkhawatirkan. Seperti, pengalaman mereka yang mengalami kekerasan secara seksual dan fisik di tempat pemeriksaan di bandara.

Kemudian, kelompok perempuan lainnya yang juga rentan terhadap kekerasan adalah pekerja seks. Jenis pekerjaan mereka, membuat mereka rentan alami segala bentuk diskriminasi baik di jalanan, dengan petugas, di rumah sakit, serta dalam keluarga.

Pemprov DKI Tambah Jumlah Rumah Aman bagi Perempuan dan Anak

Adapun dari kelompok etnis yait,u perempuan keturunan Tionghoa di Jakarta, di mana menjadi etnis yang minoritas. Para responden mengakui, masih memiliki ketakutan akan kejadian kerusuhan di tahun 1998, yang berisiko pada kekerasan fisik dan seksual.

"Dari pemprov DKI, sudah banyak melakukan sosialisasi. Salah satunya, akan membuat launching hotline 112 untuk kanal pengaduan masyarakat berintegrasi dengan Kepolisian. Kita masih menunggu untuk mekanisme pasti dari pihak Kepolisian," ujar P2TP2A DKI Jakarta, Margaretha Hanita, kepada VIVA. (asp)

Ilustrasi Stop Kekerasan Terhadap Perempuan. Sumber (gambar) : shutterstock

Kekerasan Pada Perempuan Masih Tinggi, Berbagai Pihak Lakukan Ini

Tingginya kasus kekerasan pada perempuan tidak disertai dengan sumber daya kelembagaan yang memeadai hingga penyelesaian kasus tidak optimal.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2022