Difteri Mewabah, Menkes Sayangkan Orangtua Anti-Vaksin

Ilustrasi isolasi pasien
Sumber :
  • ANTARA/Muhammad Adimaja

VIVA – Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nila F Moeloek sangat menyayangkan bagi orangtua anti-vaksin, yang tidak mau memberikan vaksin kepada anaknya.

Kabupaten Garut KLB Difteri, Ini Tanda Gejala dan Cara Pencegahannya

Seperti diketahui, difteri kembali mewabah belakangan, salah satunya karena banyak anak yang tidak divaksin.

"Saya kira, saya sangat menyayangkan, mari kita lihat dengan perhitungan yang baik sekali, kalau anti vaksin yang terkena diri sendiri, yang terjadi kalau meninggal tentu itu urusan dia, tapi kalau anak atau keluarga menularkan pada orang lain. Dan ini yang terjadi," ungkap Nila saat ditemui di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, Senin, 11 Desember 2017.

Selaput Lidah Berwarna Abu-abu, Tak Selalu Gejala Difteri

Karena hal itu, lanjut Nila, kini pemerintah harus melakukan outbreak response immunization (ORI), pada anak di bawah usia 18 tahun yang membutuhkan anggaran tak sedikit.

"Ini ongkosnya yang harus kita perhitungkan, memang gratis, artinya pemerintah yang bayar, tapi tenaga kesehatan yang harus kerja dan berapa keluarga yang dirugikan, mereka jadi tidak produktif," kata dia.

Pernah Vaksin Difteri, Perlukah Imunisasi Ulang saat Dewasa?

Belum lagi untuk mengatasi mereka yang telah terinfeksi. Pemerintah harus memberikan anti difteri serum, yang juga tidak murah.

"Ini tidak murah masih impor, satu orang bisa kena Rp4 juta, dan perawatan tadi saya hitung bisa Rp10 juta," kata dia.


Seperti diketahui, Kemenkes mencatat dalam kurun waktu Januari hingga November 2017 ada 95 kabupaten dan kota dari 20 provinsi yang melaporkan kasus difteri. Secara keseluruhan terdapat 593 kasus, 32 di antaranya meninggal dunia.
   

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya