Jangan Abaikan Kesemutan, Bisa Jadi Gejala Penyakit Serius

AYO HIDUP SEHAT tvOne Senin 22 Januari 2018
Sumber :
  • tvOne

VIVA – Anda pasti pernah kesemutan? Kebanyakan orang pernah mengalami kesemutan kala duduk bersila terlalu lama atau menekan area tubuh tertentu terlalu lama. Namun, kesemutan akan hilang bila tekanan sudah tidak ada lagi. Meski terdengar sepele, ternyata gejala kesemutan bisa menjadi kondisi yang serius.

VIDEO: Diet Sebabkan Kulit Kusam dan Rambut Rontok, Ini Penjelasannya

Paresthesia atau kesemutan kronis sering merupakan gejala dari penyakit neurologis atau trauma kerusakan saraf. Penyebabnya adalah gangguan yang memengaruhi sistem saraf pusat. 

Spesialis syaraf Dr Zicky Yombana, SpS. menyebutkan bahwa kesemutan ada yang bersifat sementara dan jangka panjang.

Bisa Bantu Kurangi Risiko COVID-19, Ini 3 Cara Dapatkan Vitamin D

"Jika sifatnya sementara akan segera hilang jika seseorang berpindah posisi. Hal itu masuk dalam kategori aman," ujarnya dalam tayangan AYO HIDUP SEHAT tvOne, Senin, 22 Januari 2018.

Ia menambahkan yang harus diwaspadai adalah gejala kesemutan yang berlangsung lama. "Jika kesemutan berlangsung lama dan muncul tanpa alasan, hal itu harus diwaspadai," ungkapnya.

Puasa Berdampak pada Pencegahan Kanker?

Lebih lanjut Zicky mengungkapkan, gejala kesemutan yang tak kunjung reda itu bisa jadi sebagai gejala penyakit serius. Karenanya sebaiknya dilakukan pemeriksaan.

"Bisa jadi gejala penyakit penyakit sistemik seperti diabetes, jantung, stroke, gangguan imun, HIV Aids. Lalu bisa juga pasien dengan saraf kejepit. Pasien yang menjalani kemo atau pasien yang menggunakan obat tertentu dalam waktu lama, misalnya jamu-jamuan."

Untuk membedakan kesemutan biasa atau gejala penyakit serius, dia memberikan tips untuk diagnosis awal.

"Dengan metode LOFPI. (Lama, On set, Frekuensi, Pencetus, Intensitas). Kita bisa lihat berapa lama kesemutan itu sudah berlangsung, kemudian on set adalah apa yang terjadinya, frekuensinya juga berapa lama. Lalu pencetusnya apa, apakah duduk lama atau salah tidur. Yang terakhir adalah intensitas atau durasi munculnya," ujarnya.

Jika semua metode itu memiliki jumlah yang cukup sering, Zicky menyarankan untuk memeriksakan diri ke dokter. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya