4 Fakta Unik Soal Kebiasaan Ngemil Orang Indonesia

Keripik
Sumber :
  • Pixabay/ PublicDomainPictures

VIVA – Baru-baru ini perusahaan snack kenamaan Mondelez Internasional meluncurkan sebuah survei bertajuk The State of Snacking untuk menganalisa kebiasaan, wawasan dan tren Ngemil konsumen di Indonesia dan 11 negara lainnya.

Membangun Kebiasaan Makan Sehat pada Anak, Peran Orang Tua dalam Memilih Camilan

Survei "State of Snacking” menemukan bahwa terdapat potensi yang sangat besar untuk industri makanan ringan baik secara global dan juga di Indonesia, dikarenakan semakin meningkatnya frekuensi orang Ngemil sehari-hari. 

Ngemil tidak lagi hanya berfungsi untuk asupan tubuh, namun banyak orang menggunakan momen menikmati ‘ngemil’ untuk membangun kedekatan sosial, koneksi, dan bahkan membentuk identitas pribadi mereka.

Fuji Ungkap Kebiasaan dan Waktu Ngemil Favoritnya

"Survel ini bertujuan untuk mempelajari kebiasaan konsumen dan menemukan pemahaman baru tentang peran camilan, baik fungsional maupun emosional, dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia yang sangat lekat dengan camilan," kata President Director Mondelez Indonesia, Sachin Prasad di Kembang Goela, Selasa 3 Desember 219. 

Berikut ini beberapa temuan survei State of Snacking dari Mondelez International yang mengungkap kebiasaan dan tren ngemil masyarakat Indonesia.

Tempat Ini Merayakan Kuliner dengan Konsep Restoran yang Terbarukan

1. Mengonsumsi camilan daripada makanan berat 

Lebih tinggi dari rata-rata global, orang Indonesia mengkonsumsi camilan Iebih sering daripada makanan berat, yakni hampir 3 kali sehari, dibanding 2.5 kali makanan berat sehari. 75 persen responden mengatakan bahwa makanan ringan yang gampang dikonsumsi di sela-sela aktivitas mereka Iebih cocok dengan gaya hidup saat ini. 

77 persen (18 persen Iebih tinggi dari rata-rata global) Iebih memilih mengkonsumsi makanan ringan Iebih sering di sepanjang hari daripada sesekali mengonsumsi makanan berat. Bahkan 53 persen mengatakan bahwa mereka tidak memiliki waktu lagi untuk makan makanan berat. 

2. Cenderung mengonsumsi camilan di pagi hari 

Survei menemukan bahwa masyarakat Indonesia cenderung mengkonsumsi camilan di pagi hari, lebih pagi diantara negara-negara lainnya, yakni diantara makan pagi dan makan siang. 

Terkait temuan ini, sosiolog Dr. Erna Ermawati Chotim, M. Si, menambahkan bahwa fenomena ini terjadi karena orang Indonesia rata-rata menempuh perjalanan panjang menuju tempat kerja masing-masing, sehingga memerlukan waktu Iebih pagi untuk menyiapkan segala sesuatunya sebelum berangkat. 

Sehingga, mereka memerlukan camilan untuk pengisi energi setelah makan pagi dan sebelum makan siang. 

3. Camilan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan 

Emosional dan Mental Ternyata masyarakat Indonesia memerlukan ngemil untuk kebutuhan mental dan emosional, dibandingan sekadar mengenyangkan perut. 

93 persen mengatakan bahwa ngemil dilakukan untuk meningkatkan suasana hati, 91 persen untuk menemukan momen tenang atau me-time dengan diri sendiri dan memberikan rasa nyaman. 

Sementara hanya 84 persen responden yang mengatakan ngemil diperlukan untuk memberikan asupan untuk tubuh. 

4. Ngemil untuk meningkatkan kebersamaan 

Yang menarik, 23 persen Iebih tinggi dari rata-rata global, 86 persen responden mengatakan bahwa mereka mempergunakan momen ngemil untuk menciptakan kebersamaan dengan orang Iain. Tak hanya itu, masyarakat Indonesia melihat camilan sebagai sebuah medium untuk terhubung dengan dirinya sendiri dan juga budayanya. 

Sekitar 59 persen responden 27 persen Iebih tinggi dari rata-rata global mengatakan bahwa mereka memiliki tradisi ngemil setiap harinya. Ternyata 68persen dari responden Indonesia percaya bahwa kebiasaan mengemil dapat mempertahankan tradisi keluarga. 

Terkait fenomena ini, Erna menjelaskan, Masyarakat Indonesia sedari dulu menggunakan makanan atau camilan sebagai pencair suasana dalam momen kebersamaan, apalagi orang Indonesia memang merupakan masyarakat kolektif yang senang bersosialisasi. Jadi kata dia, sangat relevan bahwa menikmati camilan menjadi momen untuk menjadi Iebih terhubung dengan lingkungan sosialnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya