Tips Bersihkan Mulut Balita yang Belum Tumbuh Gigi

Ilustrasi anak
Sumber :
  • Pixabay/Christianluiz

VIVA – Gigi berlubang merupakan masalah yang cukup sering dihadapi banyak orang. Sebuah survei menyebut bahwa 70 persen masyarakat Indonesia mengalami gigi berlubang.

Dukung Industri Kesehatan RI Tumbuh, Simak Straregi Siloam (SILO) Tangkap Peluang

Meskipun terdengar sepele, namun nyatanya gigi berlubang cukup membuat siapa saja menderita hingga menghambat segala aktivitas. Di lain sisi, gigi berlubang juga bertanggung jawab sebagai pemicu munculnya beberapa jenis penyakit serius.

Tapi tahukah Anda, ternyata penyebab gigi berlubang tidak terbentuk begitu saja. Proses gigi berlubang terjadi sejak usia dini, bahkan sejak gigi pertama Anda tumbuh. Pemicunya selain pola konsumsi, ternyata faktor kebersihan dan perawatan gigi sangat menentukan.

Ekspansi Digital Siloam Terus Berkembang, Investasi Dilanjutkan

Spesialis Gigi RS Siloam Bogor, drg. Setia H, SpKGA mengatakan bahwa proses menjaga kesehatan dan perawatan gigi sebaiknya dimulai sejak anak dalam kandungan misalnya si ibu memerhatikan pola konsumsi saat hamil. Kemudian, perawatan gigi dilanjutkan setelah anak tumbuh gigi.

Pemeriksaan gigi anak

Kabar Duka, Ketua DPRD Sumut Baskami Ginting Meninggal Dunia

"Penting sekali orangtua memahami periode pertumbuhan gigi anak. Periode gigi anak dibentuk sejak dalam kandungan, pada kehamilan 5-6 minggu. Kemudian gigi sulung mulai erupsi (tumbuh) pada 5-6 bulan dan lengkap usia 2,5-3 tahun. Lalu gigi campuran mulai tumbuh pada usia 6-12 tahun," ujarnya dalam acara Saturday Health Talk di Siloam Hospital Bogor, Sabtu 13 April 2019 lalu.

Lewat rilis yang diterima VIVA, Ia juga menjelaskan gejala tumbuh gigi yang dihadapi anak, karena ketika orangtua memahami proses pertumbuhannya maka ia akan mampu mendampingi si buah hati.

"Pertumbuhan gigi balita dan anak ditandai dengan gigi yang akan erupsi pertumbuhan gigi anak biasanya sering timbul gejala seperti suhu tubuh meningkat," katanya

Lebih lanjut ia menyebutkan gejala lain yang dialami anak meliputi pipi terasa panas dan memerah, rasa tidak nyaman-sakit oral, Hypersalivasi, Gusi merah, gatal, bengkak, bercak putih seperti tulang pada gusinya. Hal itu tentu membuat anak tidak nyaman, sering resah dan rewel.

Beberapa cara untuk mengurangi nyeri saat erupsi gigi anak yaitu dengan memberikan biskuit bayi, menyediakan mainan karet yang bisa digigit, memberikan pijatan ringan pada gusi bayi, biarkan bayi mengempeng atau dot saat tidur.

Sebaliknya, pada fase saat gigi anak belum erupsi, pembersihan mulut anak juga harus dilakukan, hal itu dapat dilakukan dengan menyikat gusi, lidah menggunakan kasa, atau tisu khusus non alcohol untuk membersihkannya. 

"Saat gigi anak sudah mulai tumbuh, baiknnya dikenalkan sikat gigi dalam pembersihan gigi dan mulut. Gerakan menyikat gigi pada dasarnya menyikat dari gusi ke gigi. Pada anak, teknik roling (bulat-bulat) dapat dipakai, hal ini karena motorik halus anak belum sempurna," ujarnya.

Penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride dapat diberikan saat anak telah mampu gerakan berkumur penggunaan pasta gigi hanya sebesar biji kacang polong.

Waktu menyikat gigi minimal dua kali sehari, yakni pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Menyikat gigi setelah sarapan dikarenakan, sisa makanan akan menjadi plak pathogen setelah enam jam, hal ini akan membentuk kalkulus yang akan menjadi sumber infeksi.

"Pemeriksaan gigi anak ke dokter gigi sebaiknya dilakukan tiga sampai empat bulan sekali, hal ini dapat membantu pemeliharan kesehatan gigi anak, dan memantau tumbuh kembang gigi dan mulut anak", ujarnya.(ldp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya