Waspada Jumlah Anak Obesitas 2025 Membludak, Apa Penyebabnya?

Arya bocah obesitas menjalani perawatan di Bandung
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA – Masalah obesitas atau kegemukan pada anak merupakan isu global yang perlu disikapi. Badan Kesehatan Dunia WHO memprediksi jumlah anak penderita obesitas di dunia akan mencapai 70 juta jiwa pada 2025 mendatang.

7 Manfaat Mengurangi Konsumsi Gula untuk Kesehatan, Bisa Turunkan Obesitas

Dokter spesialis gizi klinis, dr. Diana F. Suganda, M.Kes, SpGK menyebut, obesitas pada anak umumnya disebabkan oleh tiga hal yakni faktor perilaku, faktor lingkungan dan genetik. Faktor genetik menyumbang sekitar 10-30 persen, sementara faktor perilaku dan lingkungan mencapai 70 persen.

“Mau anak-anak atau orang dewasa, obesitas itu terjadi karena asupan yang masuk dan energi yang keluar tidak seimbang,” kata dia dalam acara Eating like a Pro by Beko di Wyls Kitchen Kebayoran Jakarta Selatan, Selasa, 16 Juli 2019.

85 Persen Ibu Pilih Beri Susu Formula Ketimbang ASI, Ahli Ungkap Dampaknya

Dia melanjutkan, kondisi ini diperparah dengan akses anak-anak terhadap makanan melalui gadget semakin mudah. Padahal kata dia, rata-rata makanan yang dipesan melalui aplikasi online ini tinggi akan kalori, lemak dan gula.

“Makanan yang disukai anak fast food, dan makanan manis ini tinggi kalori lemak jenuh dan gula. Satu porsi donat kopong 200 kalori, kalau ada isian dan topping bisa 300-an kalori. Satu burger 570 kalori,” lanjut dia.

Sama-sama Atasi Obesitas, Apa Perbedaan Operasi Bariatrik dan Balon Lambung?

Selain makanan, aktivitas fisik yang kurang pada anak-anak juga berpengaruh pada terjadinya obesitas. Umumnya anak zaman sekarang kurang bergerak karena terpapar dengan gadget.

“Asupan tinggi aktivitas kurang. Pulang sekolah les, gadget. Selain itu kalau dulu kita ke mana-mana jalan dan bersepeda. Anak sekarang pakai mobil. Ketidakseimbangan itu bikin obesitas,” lanjut dia.

Dr Diana menyebut, obesitas ini harus diatasi, sebab jika anak dibiarkan obesitas dapat menggangu kesehatannya. Anak yang obesitas pun berisiko terkena stroke, kolesterol tinggi, darah tinggi, penyakit jantung, endokrin, diabetes hingga depresi.

“Obesitas paling parah bisa menyebabkan anak depresi, karena suka di-bully akibat bentuk tubuhnya,” jelas dia.

Untuk mengatasi obesitas pada anak, dr. Diana pun menyarankan dengan mengatur asupan makanan. Namun hal ini perlu berdasarkan rekomendasi ahli dan tidak bisa sembarangan. Sebab, kata dia anak masih butuh berkembang.

“Jadi batasi asupan gula, garam dan lemak. Anak juga harus melakukan aktivitas fisik minimal 60 menit per minggu, serta perbanyak asupan buah dan sayuran. Membawa bekal untuk anak sekolah juga bisa menjadi solusi karena kita tahu berapa asupan kalori yang dimakan anak,” lanjut dia.(nsa)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya