Menyedihkan, Masih Ada Ibu yang Beri Susu Kental Manis pada Batita

Susu kental manis (SKM).
Sumber :
  • Pinterest/Kelli Foster

VIVA – Penggunaan susu kental manis untuk bayi belakangan jadi kontroversi. Banyak yang beranggapan,susu kental manis bukanlah produk hewani bergizi tinggi. Apa sebabnya?

20 Negara dengan Tingkat Stunting Tertinggi di Dunia, Indonesia Bersyukur

Dalam proses pembuatannya, susu kental manis dibuat dengan menguapkan sebagian air dari susu segar (hingga 50 persen) dan kemudian ditambahkan dengan gula sebanyak 45 – 50 persen. Karenanya, susu kental manis bukan lagi termasuk kategori minuman bergizi.

Seperti dikutip dari rilis, penjelasan tentang susu kental manis tersebut disampaikan oleh Yayan dari perwakilan Balai POM Jakarta saat menghadiri hasil penelitian tentang Kebiasaan Konsumsi Susu Kental Manis dan Dampaknya terhadap Gizi Buruk Anak, pada Selasa, 26 November 2019 lalu. Penelitian bersama Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama PP Aisyiyah dilakukan di 3 propinsi dengan prevalensi stunting tinggi di Indonesia, yaitu Aceh, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Utara pada periode Agustus – Oktober 2019.

Cara IDSurvey Dukung Penurunan Angka Stunting Anak Indonesia

“Kami menyampaikan terimakasih atas penelitian YAICI bersama PP Aisyiyah yang menemukan bahwa susu kental manis juga telah menyebabkan gizi buruk dan kurang baik terhadap anak-anak berusia 3 dan 5 tahun. Hasil penelitian ini akan menjadi masukan dan kajian bagi kami dalam membuat peraturan terkait SKM ke depan,” ujar Wulan.

Anggapan susu kental manis sebagai pengganti ASI merupakan persepsi yang sangat salah. Yayan melihat bahwa selama bertahun-tahun ada penyesatan informasi dari para produsen terhadap masyarakat. Karena itu persepsi masyarakat tentang susu kental manis yang selama ini menganggap memiliki kandungan gizi tinggi harus diluruskan.

Banyak Anak Konsumsi Makanan Kurang Bergizi, Ahli Sarankan Ibu Masak Sesuai Selera Buah Hati

Senada dengan Yayan, Rian Anggraeni dari Direktorat Gizi Masyarakat Kemenkes mengatakan bahwa susu kental manis tidak cocok untuk anak di bawah usia 3 tahun yang masih membutuhkan lemak dan protein tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan.

“Dari pemerintah sudah banyak sekali melakukan edukasi tentang pentingnya 1000 hari pertama kehidupan. Termasuk disini edukasi pola asupan makanan dan minuman yang bergizi untuk ibu dan balita. Sebaiknya memang batas usia dilarang konsumsi SKM mulai bayi sampai usia 3 tahun,” jelas Yayan.

Hasil penelitian menunjukan sebanyak 35,9 persen responden memberikan minuman susu kental manis atau krimer kental manis kepada anaknya setiap hari. Dengan kata lain, 3 dari 10 anak responden setiap hari minum susu kental manis atau krimer kental manis. Adapun responden adalah ibu dengan anak usia berusia 0-59 bulan (0 – 5 tahun). Total responden berjumlah 2.096, tersebar di 9 kota/kabupaten di 3 Provinsi, yakni Aceh, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Utara dengan jumlah responden di masing-masing kota/kabupaten 214-240 orang ibu.

Dari 35,9 persen responden ibu tersebut, sebanyak 22 persen responden memberikan minuman susu kental manis atau krimer kental manis dengan porsi 1 gelas. Dan ada 4 persen responden yang  memberikannya lebih dari 1 gelas. Sedangkan dalam takaran pemberian susu kental manis atau krimer kental manis, sebanyak 26 persen responden memberikan dengan takaran lebih dari 3 sendok makan dalam 1 gelas. Hanya 13 persen responden yang memberikan dengan takaran kurang dari 3 sendok makan. Fakta ini sangat mengkhawatirkan karena menunjukkan bahwa ketergantungan anak- anak terhadap minuman susu kental manis atau krimer kental manis sangat tinggi.

Fakta lain yang tak kalah mengejutkan, bahwa sebanyak 37 persen responden masih beranggapan susu kental manis atau krimer kental manis adalah susu. Dengan kata lain, menunjukkan bahwa 1 dari 3 ibu di 3 Provinsi tersebut percaya susu kental manis atau krimer kental manis (SKM/KKM) adalah produk minuman yang menyehatkan anak.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya