Anak Tanya Tentang COVID-19, Begini Cara Batasi Informasinya

Ilustrasi anak -anak.
Sumber :
  • Freepik/pressfoto

VIVA – Virus corona atau COVID-19 yang sangat menular dan berbahaya, membuat banyak orang dewasa ketakutan. Jika orang dewasa saja bisa cemas akan pandemi ini, apalagi anak-anak? 

Senada dengan BNPT, Guru Besar UI Sebut Perempuan, Anak dan Remaja Rentan Terpapar Radikalisme

Ketakutan ini jika dibiarkan dapat menimbulkan dampak psikis yang tidak baik bagi kesehatan mental anak. Untuk itu, orangtua harus pintar-pintar menjawab saat anak bertanya tentang virus corona. 

Perwakilan dari UNICEF, Ali Aulia Ramy, S.Psi, MA, menjelaskan, tidak semua pertanyaan anak tentan COVID-19 harus dijawab. Orangtua harus bisa membatasi mana pertanyaan yang perlu dijawab dan tidak, agar tidak mengganggu kesehatan psikisnya. 

Kemen-PPPA: Perempuan Lebih Rentan Terdampak Perubahan Iklim karena Peran Tradisional Gender

"Ketika anak bertanya yang penting untuk diperhatikan adalah ada dialog antara orangtua, pengasuh, atau orang dewasa dengan anak tersebut," ujarnya saat Temu Media Kesehatan Jiwa bersama Kemenkes, yang diselenggarakan secara virtual, Rabu 5 Agustus 2020. 

Lebih lanjut Ali menjelaskan, orangtua harus memastikan bukan hanya memberikan informasi tapi juga menanyakan pada anak mengapa mereka menanyakan hal tersebut. Tanyakan juga, apa yang dikhawatirkan anak, baru kemudian menyampaikan informasi-informasi yang benar.

Membangun Kebiasaan Makan Sehat pada Anak, Peran Orang Tua dalam Memilih Camilan

Baca juga: Sederet Khasiat Susu Kurma, Cegah Osteoporosis Hingga Kulit Bercahaya

"Orangtua juga harus berhati-hati dalam menyampaikan informasi kepada anak terkait COVID-19 ini. Dialog inilah yang penting yang akan membantu anak untuk memahami apa yang terjadi dan juga untuk memahami apa yang sedang dipikirkan dan apa risikonya bagi anak-anak. Bisa jadi, ketika dia menanyakan hal sebenarnya, dia juga punya kecemasan yang sangat tinggi," tutur dia. 

Sehingga, menurut Ali, ketika orangtua bertanya sebelum menyampaikan informasi yang benar, ini menjadi bagian dari proses orangtua untuk memahami dinamika emosional atau perasaan anak. Dalam proses ini, orangtua juga membantu anak untuk memahami hoax

"Di sini orangtua bisa mendiskusikan apakah informasinya sudah dicek kembali sumber-sumbernya adalah sumber yang benar atau informasi yang beredar luas, tanpa sumber yang dapat kita verifikasi. Anak-anak bisa berlatih untuk hal ini," kata Ali Aulia. 

Dengan cara tersebut, orangtua bisa membantu anak dalam mengidentifikasi apakah sesuatu yang dia lihat di media sosial, entah dalam bentuk gambar atau tulisan, merupakan hoax atau bukan. Dan menurut Ali, anak sudah bisa dilatih untuk ini. 

"Ajak anak untuk menguasai keterampilan, misalnya mengecek kembali, membandingkan informasi-informasi yang berasal dari situs resmi. Ini bisa membantu anak untuk memilah mana berita atau pesan yang bohong maupun yang tidak," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya