Bahaya, Permainan Pass Out Challenge Jadi 'Tren' Bagi Remaja

Ilustrasi anak-anak.
Sumber :
  • pixabay/Kadie

VIVA.co.id – Baru-baru ini beredar viral di media sosial, sebuah video anak-anak sekolah yang melakukan permainan berbahaya yang kemudian menjadi tren. Skip challenge atau pass out challenge, beredar gencar di youtube dan facebook.

Tips Memberi Pemahaman Soal Keuangan kepada Anak

Permainan tersebut dilakukan dengan cara menekan dada sekeras kerasnya selama beberapa waktu dan menyebabkan anak tersebut kehilangan kesadaran. Setelah beberapa saat anak akan siuman.

Banyak anak menganggap ini pengalaman yang menegangkan dan menyenangkan. Padahal permainan tersebut jelas berbahaya jika dilakukan.

Moms, Ini Cara agar Tak Mudah Stres dan Bisa Bonding dengan Anak

Naomi (16 tahun) salah satu siswi yang pernah menyaksikan permainan berbahaya tersebut. Kepada VIVA.co.id, gadis manis yang duduk di kelas 11 sebuah Sekolah Menengah Atas di Jakarta itu menceritakan bahwa permainan Skip Challenge memang pernah menjadi tren di kalangan teman sebayanya.

"Permainan itu mah rame-nya tahun lalu. Mungkin baru viral sekarang aja," ujarnya.

7 Perilaku Gaslighting Orangtua pada Anak, Banyak yang Gak Sadar

Ia menceritakan bahwa permainan tersebut lebih disukai anak laki-laki di kelasnya. Pada jam istirahat, beberapa anak akan berkumpul di kelas dan melakukan permainan tersebut.

"Anak cewek pada enggak mau main permainan itu, bisa tapi enggak berani. Yang paling sering anak-anak cowok," ujarnya ketika dihubungi lewat telepon.

Ditekan di bagian rusuk

Entah dari mana dan siapa yang memulai permainan tersebut, namun Naomi menduga teman-temannya juga mendapatkan 'challenge' tersebut lewat internet.

Selain itu permainan berbahaya itu dilakukan dengan menekan area bagian rusuk. Ditekan beberapa menit hingga kehilangan kesadaran.

"Kayaknya bukan di ulu hati, tapi di sekitar rusuk. Di tekan pakai dua telapak tangan sampai beberapa menit, abis itu lemes, katanya langsung gelap terus enggak sadar," ujarnya.

Naomi juga mengungkapkan bahwa tidak ada unsur paksaan melakukan permainan tersebut. Semua murni dilakukan karena unsur 'kesenangan' tanpa menyadari bahaya.

"Mereka pada ketawa-ketawa kok, kayaknya pada enggak tahu kalau itu berbahaya."

Memicu kerusakan organ

Menanggapi hal ini, psikolog Anna Surti Ariani, Psi, kepada VIVA.co.id menyatakan bahwa permainan ini jelas membahayakan hingga memicu kerusakan pada organ penting di tubuh.

"Kalau terus-terusan dilakukan, otak bisa kekurangan oksigen. Kondisi ini menimbulkan dua masalah yaitu anak jadi susah konsentrasi saat belajar sehingga berdampak pada kecerdasannya atau dia menjadi susah diajak berkomunikasi karena otak kurang fokus," lanjut Nina, sapaan akrabnya.

Nina menyayangkan, permainan tersebut harus beredar luas di kalangan anak remaja. Karena Nina yakin, dampak secara fisik, juga tidak kalah mengerikan. Oleh karena itu, psikolog anak itu meminta agar para guru, bisa memberikan pemahaman mengenai dampak buruk dari permainan itu.

"Guru harus mampu sampaikan bahayanya seperti apa. Jangan sampai diteruskan. Tentu pengawasan juga harus lebih ketat, misal ada guru piket keliling ketika jam istirahat." (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya