Pentingnya Melatih Kemampuan Imajinasi Anak Sejak Dini

Ilustrasi anak menulis
Sumber :
  • pixabay/picjumbo

VIVA.co.id – Kemampuan imajinasi anak sejak dini harus dilatih. Hal itu untuk membentuk kreativitas anak di masa depan.

Cara Meningkatkan Daya Imajinasi Anak

Demikian menurut psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani. "Imajinasi berbeda dengan kreativitas. Imajinasi itu dasarnya. Kalau sudah pada tahap menciptakan sesuatu itu kreatif. Pentingnya adalah anak dapat tumbuh berkembang dengan memiliki kemampuan memunculkan ide-ide atau pun karya-karya yang kreatif," kata Nina di Jakarta, Sabtu 29 Juli 2017.

Imajinasi dapat distimulus dengan cara orangtua membimbing anak melanjutkan ceritanya tentang suatu dongeng, atau pun menceritakan tentang apa yang digambarnya. Dia mengatakan, pada usia anak 1-3, orangtua memiliki dominasi berkata-kata dan bercerita. Namun cara ini tidak bisa untuk usia anak yang lebih besar.

Perlukah Imajinasi Anak Diatasi Saat Bermain?

Pada usia anak empat tahun ke atas, anak sudah memiliki kemampuan berkomunikasi menyebutkan kata-kata. Di saat itulah, anak dapat distimulasi untuk memikirkan suatu ide atau imajinasi, dan mengutarakannya.

Namun, orangtua juga perlu mengontrol imajinasi tersebut. Fungsinya agar anak dapat membedakan hal yang nyata dan imajinatif.

Bunda, Jangan Salah dalam Tingkatkan Imajinasi Anak

"Anak perlu tahu kapan waktu berimajinasi, kapan menyetop imajinasinya. Mungkin mulai usia 8-11 tahun anak sudah bisa membedakan antara nyata dan imajinasi," ujar Nina.

Hal itu juga untuk menghindari anak dikucilkan dari lingkungan sekitar karena terlalu imajinatif atau dianggap pembohong. Namun bila anak justru sudah terlanjur mendapatkan label negatif dari kawan-kawannya, orangtua dapat mengajak teman-teman anaknya main ke rumah dan mengganti cara bermain mereka.

"Ini untuk menolong anak lebih mengenal teman-temannya dan teman-temannya mengenal dia," kata dia.

Sementara itu, menurutnya imajinasi dapat menjadi suatu kreativitas ketika imajinasi itu tidak hanya diucapkan, melainkan juga dilakukan. Misalnya, anak selain diajak berimajinasi mengenai suatu kisah dongeng, juga diminta menggambarkannya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya