- Pexels/Jeshot
VIVA.co.id – Tugas melahirkan dan membesarkan anak saat ini masih dipandang sebagai tugas ibu dan perempuan, terlebih di Indonesia. Maka tidak heran jika kebijakan baik di perusahaan, maupun dari skala pemerintah cenderung terfokus pada perempuan.
Dalam Undang-undang Tenaga Kerja disebutkan bahwa pekerja atau buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama satu setengah bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan satu setengah bulan sesudah melahirkan. Sementara, untuk sang ayah, tidak dijelaskan secara jelas, hak mendapatkan cuti saat istri melahirkan.
Padahal, dalam sejumlah riset ilmiah dalam merawat bayi, menjelaskan akan betapa pentingnya waktu pengasuhan dan ikatan dengan orangtua, baik ayah maupun ibu, bagi kesejahteraan anak maupun orangtuanya.
Dilansir dari rilis PT Johnson & Johnson Indonesia yang diterima VIVA.co.id Senin 2 Oktober 2017, Sebuah studi di tahun 2013 yang diterbitkan dalam Journal of Child Psychology and Psychiatry menemukan bahwa tingkat interaksi antara ayah dan bayi pada usia tiga bulan dapat memprediksi apakah anak tersebut akan menunjukkan masalah perilaku pada usia satu tahun.
Efek dalam kurangnya keterlibatan antara ayah dan bayi cenderung lebih kuat bagi anak laki-laki daripada anak perempuan, menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih rentan terhadap pengaruh ayah mereka sejak usia dini
Dalam studi lainnya, pimpinan peneliti Ronald Rohner mengamati bahwa pengaruh cinta ayah terhadap perkembangan anak sama besar dan terkadang lebih besar daripada pengaruh cinta ibu.
Anak-anak yang dicintai ayah mereka memperoleh dampak signifikan dalam kehidupannya ketika dewasa. Anak-anak yang 'ditemani' kedua orangtuanya kelak cenderung sejahtera, bahagia, dan memiliki kepuasan hidup yang lebih baik.
Kulit Kering saat Hamil, Berbahayakah? Ini Penjelasannya
Banyak bumil yang kulitnya kering, gatal dan bersisik.
