Dampak Bahaya Memukul Anak 

Ilustrasi anak gemuk
Sumber :
  • pixabay/Adinavoicu

VIVA – Sebuah studi baru menegaskan bahwa memukul anak yang nakal bisa meningkatkan risiko mereka mengalami depresi, dan terlibat dalam penyalahgunaan obat terlarang.

Tak Mudah bagi Anak, Lupakan Hukuman Fisik dari Orangtua

Para peneliti, dilansir dari laman Daily Mail, juga menemukan bahwa kekerasan bisa meninggalkan pengaruh yang tidak akan hilang pada anak-anak, dan membuat mereka kemungkinan besar menjadi pelaku bunuh diri.

Temuan ini, yang didasarkan dari data 8.300 orang dewasa, menyebabkan adanya seruan untuk mengkategorikan pukulan sebagai hal buruk bagi anak, seburuk pengaruh perceraian.

Memukul Si Nakal Bisa Bentuk Perilaku Kasar pada Anak

Para ilmuwan pun kini menekankan pentingnya untuk mengambil tindakan tegas pada pola asuh kasar untuk mencegah anak tidak tenggelam dalam depresi.

Dalam penelitian tersebut, sejumlah ahli di University of Manotoba meminta partisipan melengkapi kuisioner mengenai seberapa sering mereka dipukul ketika kecil. Partisipan juga ditanyakan mengenai latar belakang keluarga mereka dan apakah orang dewasa pernah melakukan kekerasan baik fisik atau emosional pada mereka.

Ini Bahaya Sering Memukul Anak

Dari partisipan itu, 55 persen di antaranya melaporkan pernah dipukul, di mana pria dan etnis minoritas yang kemungkinan besar pernah mengalaminya.

Studi di Child Abuse & Neglect tersebut menunjukkan bahwa mereka yang melaporkan pernah terpapar kekerasan mengalami peningkatan peluang mengalami depresi dan masalah kesehatan mental lainnya. Para peneliti yang dipimpin oleh Dr Andrew Grogran-Kaylor dan Dr Shawna Lee mencatat bahwa memukuldianggap sebagai pengalaman anak yang merusak.

Mereka menyatakan bahwa pukulan melibatkan penggunaan paksaan dan penderitaan rasa sakit, dan mengakibatkan kesehatan mental yang buruk. Dengan demikian, memukul menjadi satu kategori dengan penyiksaan, penelantaran, dan disfungsi keluarga yang meliputi perceraian dan memenjarakan keluarga.

Memukul didefinisikan sebagai penggunaan paksaan fisik dengan tujuan membuat anak mengalami sakit, bukan luka, untuk memperbaiki perilaku mereka. Banyak argumentasi di kalangan orangtua bahwa itu adalah hak prerogatif mereka jika ingin memukul anak mereka untuk menerapkan disiplin dan mengoreksi kesalahan mereka.

Namun, ribuan gerakan sosial menolak klaim itu dan menyatakan kalau cara tersebut adalah salah karena menyebabkan rasa sakit dengan derajat beragam pada anak-anak. (hd)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya