Klenteng Bersejarah di Surabaya, Peninggalan Pasukan Mongolia

Warga beribadah di momen Imlek di Klenteng Hong Tiek Tiang Surabaya
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal

VIVA – Perayaan Imlek 2570 di Klenteng Hong Tiek Tiang Jalan Dukuh Surabaya, Jawa Timur, pada Selasa, 5 Februari 2019, tampak hikmat. Warga keturunan Tionghoa yang beribadat meyakini Imlek tahun ini membawa peruntungan dan nasib baik bagi seluruh umat manusia. 

Dilema Air Minum Dalam Kemasan

Menurut cerita, Klenteng Hong Tiek Tiang didirikan oleh pasukan Khu Bilai Khan dari Mongolia saat pertama kali menginjakkan kaki di bumi Surabaya, sekira tahun 700. Ketua Perhimpunan Tempat Ibadat Tridharma, Ong Khing Kiong, mengatakan, klenteng bersejarah itu berada di posisi penting. 

Ong menyebut lokasinya merupakan segitiga emas kawasan pecinan Kapasan dan kampung Arab Nyamplungan. Di sebelah barat, berdiri gereja tua.

Meriahkan Tahun Naga Kayu di Jakarta, Bank Mandiri Ajak Nasabah dan Mitra Rayakan Imlek

"Artinya sejak dulu masyarakat sekitar sini sudah hidup berdampingan dan menerima keberagaman dan perbedaan agama," katanya kepada wartawan di Klenteng Hong Tiek Tiang. 

Bagi umat Tridharma, papar Ong, tahun baru Imlek kali ini memiliki makna luar biasa dan penting. Imlek tahun ini merupakan titik pertama terbitnya Matahari yang berbarengan dengan detik akhir dari tahun lalu. "Yang artinya ada permulaan kehidupan yang baru," tuturnya.

Festival Imlek dan Cap Go Meh di Tabanan Bali Berlangsung Meriah

Tanda-tanda kebaikan juga muncul dari peristiwa alam saat perayaan Imlek. Dalam amatan Ong, hujan selalu turun saat perayaan tahun baru Imlek. Menurutnya, itu laku alam melaksanakan penyucian. "Mencuci semua yang lama menjadi suci dan bersih," ujarnya. 

Imlek kali ini juga bermakna penting, lanjut Ong, karena menurut keyakinan masyarakat China, Imlek 2570 merupakan tahun babi tanah, kendati pada dasarnya semua tahun bagi masyarakat China adalah baik. 

Bagi umat Tridharma, Hari Raya Imlek merupakan ciptaan Tuhan yang melekat pada alam sebagai ciptaan-Nya. Alam, kata Ong, adalah lambang kehendak Tuhan.

"Itu merupakan konstitusi dan sumber tata karma yang seyogianya ditaati oleh umatnya," ujarnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya