Logo timesindonesia

Meminta Hujan Dengan Tradisi Tiban: Bertarung Dengan Cambuk

Dua orang saling mencambuk bergantian di Tradisi Tiban yang dilaksanakan Desa Sawentar Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar, Selasa (24/9/2019). (Foto: Sholeh/TIMES Indonesia)
Dua orang saling mencambuk bergantian di Tradisi Tiban yang dilaksanakan Desa Sawentar Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar, Selasa (24/9/2019). (Foto: Sholeh/TIMES Indonesia)
Sumber :
  • timesindonesia

Sudah menjadi tradisi tiap musim kemarau, warga Dusun Centong, Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, mengelar tradisi kesenian tradisional Tiban.

Tiban merupakan tradisi budaya adu ketangkasan bela diri di atas ring yang melibatkan dua orang dewasa. Dua orang itu bertarung mengunakan cambuk yang terbuat dari anyaman lidi aren. Dalam tradisi Tiban masing-masing petarung mendapatkan giliran tiga kali mencambuk lawan. Secara bergantian. 

Di atas ring ada 4 wasit. Ketika mendapatkan giliran yang dicambuk, seorang petarung harus menggunakan helm sebagai pengaman kepala. Tidak hanya itu, kepala dan wajah adalah anggota tubuh yang tidak boleh dicambuk.

'Tiban merupakan tradisi turun temurun masyarakat Blitar, Tulungagung, Kediri dan sekitarnya," ungkap Ketua Panitia Tradisi Tiban di desa Sawentar Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar, Sukadi.

Menurut Sukadii, dulu tradisi Tiban adalah sebuah permohonan kepada yang maha kuasa agar diturunkan hujan. Ia menegaskan dalam tradisi ini, bukan unsur kekerasan yang ditonjolkan, melainkan nilai-nilai luhur untuk menjaga keseimbangan alam dan menjalin persaudaraan antarpaguyuban.

"Tradisi Tiban ini kita lestarikan untuk menjalin persaudaraan dengan para jawara Tiban dari berbagai daerah. Dengan tradisi ini kita bersilaturahmi," sambungnya. 

Tradisi Tiban di Dusun Centong Desa Sawentar ini akan berlangsung selama 15 hari ke depan. Sukadi menjelaskan pada hari Minggu nanti akan banyak petarung atau Jawara Tiban dari luar daerah berpartisipasi meramaikan Tradisi Tiban.