Simbolisasi Jawa-Tionghoa-Arab dalam Pawai Dugderan Ramadan

Perayaan Dugderan pelajar
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto

VIVA.co.id – Lebih dari 14.0 siswa di Kota Semarang merayakan tradisi Dugderan untuk menyambut datangnya bulan Ramadan. Karnaval Dugderan digelar serentak di Lapangan Simpang Lima Semarang, Rabu 24 Mei 2017.

Korea Festival 2021 Ajak Indonesia Maju Bersama Hadapi COVID-19

Perayaan Dugderan pelajar ini diramaikan dengan sejumlah hal unik. Mulai dari kostum yang dikenakan hingga karnaval mengarak simbol Dugderan berupa Warak Ngendog.

Para pelajar kompak mengenakan baju koko dan sarung melingkar di leher, hingga kostum karnaval terbuat dari kertas koran dan pepohonan. Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, didapuk menjadi pemimpin upacara Dugderan pelajar ini.

Festival Pesona Lokal Jakarta Raih Penghargaan MURI

Ia mengapresiasi semangat 14.500 pelajar, yang antusias meramaikan tradisi khas kota Semarang itu.

"Pawai Dugderan ini luar biasa. Laporan dari panitia ada sekitar 14.500 peserta dari 16 kecamatan di Semarang," kata Hendrar.

Semur Jengkol Semarakkan Festival Pesona Lokal Jakarta

Sebelum pawai dimulai, para peserta juga menarikan tarian Gambang Semarang dengan gaya khas. Mereka juga menggotong simbol warna-warni kembang Manggar sebagai simbol keberagaman di kota yang dihuni etnis Jawa, Tionghoa, dan Arab.

Selain itu, berbagai simbol untuk menarik perhatian ribuan peserta. Yakni, patung Hanoman membawa durian, Kuda Lumping, dan atraksi Liong. Dentuman dari sejumlah kelompok drum band juga mengiringi rangkaian Karnaval.

"Untuk menyiapkan baju adik-adik ini misal satu orang Rp100 ribu. Kira-kira ini sudah Rp1,5 miliar. Belum konsumsi dan transposrtasi. Luar biasa, nilai ekonomi Karnaval Dugderan ini," katanya.

Hendrar menyebut, Warak Ngendok sendiri merupakan simbol keberagaman. Hewan ikonik berbentuk kepala naga, merupakan gambarkan budaya Tionghoa. Badan buroq menggambarkan budaya Arab, dan empat kaki kambing mencerminkan budaya Jawa.

"Simbol ini menyatu dan beriringan sebagai simbol keharmonisan, seperti yang kita cita-citakan selama ini," ujarnya.

Tema karnaval Dugder tahun ini adalah “Dugderan Meneguhkan Tekad Meraih Semarang Hebat”. Tema ini mengandung arti agar seluruh warga Kota Semarang menyatukan hati meneguhkan tekad untuk bersama-sama membangun Kota Semarang menuju masyarakat sejahtera.

Tradisi Dugderan di Semarang, digelar selama dua kali. Selain hari ini, karnaval akan dihelat kembali di Balai Kota Semarang pada Kamis besok, 25 Mei 2017 mulai pukul 12.15 WIB.

Prosesi utama karnaval dugder adalah penyerahan Suhuf Halaqoh dari alim ulama di Masjid Kauman kepada Wali Kota selaku Kanjeng Bupati Arya Purbaningrat. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya