Keindahan Pantura Flores Menarik Wisatawan

Tarian Tekur Pantar oleh gadis desa Robek
Sumber :
  • VIVA.co.id/Jo Mariono

VIVA.co.id – Salah satu destinasi yang lagi hits di wilayah utara Kabupaten Manggarai Flores adalah Pantai Ketebe di Desa Robek Kecamatan Reok. Pantai indah berpasir putih ini berada pada jalur utara trans Flores, yang menghubungkan kabupaten Manggarai dengan Manggarai Barat sebagai gerbang pariwisata Flores saat ini.
 
Lingkungan Pantai Ketebe rimbun oleh pohon nyiur yang tumbuh sepanjang garis pantai. Sangat gampang mendapat kelapa muda segar di sini, tinggal pesan, lalu pemilik kelapa memetiknya untuk Anda.  Selain indah dan bersih, pantai Ketebe juga menghadirkan panorama matahari terbenam yang super pada senja hari.
 
Banyak orang terpikat dengan pesona pantai pasir putih yang panjangnya mencapai satu kilometer  ini. Tingkat kunjungan ke Ketebe merangkak naik dari waktu ke waktu.

Trekking Menyusuri Sawah Nan Asri di Kecamatan Wae Ri'i NTT

Pantai yang berdekatan dengan kampung Gincu ini kian diminati baik oleh warga Kecamatan Reok dan Reo Barat, juga wisatawan dari Ruteng ibu kota Kabupaten Manggarai, serta pengunjung dari pesisir utara Manggarai Timur.
 
Penduduk sekitar pantai Ketebe pandai menenun. Maklum, mayoritas warganya berasal dari Loce dan Ruis, yang tersohor dengan corak tenunan khas songket.

Desa Robek juga kaya akan hasil bumi yang bisa diolah menjadi jajanan yang bisa dijual di lingkungan pantai Ketebe. Sayangnya, warga di sana belum mampu memanfaatkan potensi yang ada menjadi sumber ekonomi baru.
 
Berangkat dari potensi lokal yang luar biasa, puluhan mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM), yang sedang melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Robek, merintis cara menjadikan Pantai Ketebe sebagai sumber pendapatan untuk warga sekitar. Masyarakat setempat diberi semangat untuk mengoptimalkan potensi lokal untuk selanjutnya bisa dipromosi di dalam obyek wisata pantai Ketebe.
 
Berdasarkan hal tersebut, para mahasiswa bersama warga Desa Robek berinisiasi untuk membangun pariwisata melalui sebuah festival yang bernama “Robek Manik Laing” yang telah dilaksanakan selama dua minggu dari tanggal 15 Juli 2017 hingga 29 Juli 2017.

Tersihir Cantiknya Sunset di Labuan Bajo

Robek Manik Laing
 
Festival ini diawali dengan kegiatan senam massal, dilanjutkan hari-hari berikutnya dengan berbagai lomba olahraga, kegiatan susur dan bersih pantai, lomba memasak panganan lokal, dan lomba hias sampan. Puncak Festival “Robek Manik Laing” dilaksanakan di Pantai Pasir Putuh Ketebe di Desa Robek Kecamatan Reok, Minggu 30 Juli 2017.
 
Rangkaian festival diakhiri dengan pesta akbar yang diselenggarakan pada 30 Juli 2017 di Pantai Pasir Putih Ketebe. Ada beragam kegiatan mulai dari pawai desa, lomba goyang ria, pameran songket tenun asli Robek, stand-stand produk olahan asli Desa Robek, dan parade sampan nelayan.
 
Ditampilkan pula berbagai macam tarian adat Manggarai, baik oleh warga Desa Robek maupun mahasiswi UGM. Selain diramaikan oleh masyarakat luas, acara ini dihadiri juga oleh Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Yos Nono, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Sensi Gatas, Staf Dinas Pariwisata, Staf Bagian Umum Sekretaris Daerah, dan Camat Reok, Kanis Tonga.
 
Ketua Panitia Festival Robek manik Laing, Wahyu Aziz Nugroho, kepada Viva.co.id, Senin 1 Agustus  2017 mengatakan, Robek Manik Laing sebagai sebagai pemantik bagi masyarakat untuk tetap optimis mengembangkan sektor pariwisata di Desa Robek.

"Diharapkan pada tahun-tahun selanjutnya festival ini tetap dapat dilaksanakan di Desa Robek guna menarik sebanyak-banyaknya wisatawan. Pada akhirnya memberikan dorongan bagi perkembangan pariwisata di Desa Robek, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, guna turut andil dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di level mikro,” ujarnya Wahyu.

Keindahan Adonara, Perjalanan ke Tempat Tersembunyi Lewobuto

Sejumlah atraksi budaya dipentaskan dalam festival “Robek Manik Laing” diantaranya, ketangkasan Pancung Alu, Tarian Tekur Pantar, Tarian Petik Mente, serta

Tari Congka Sae, yang dibawakan oleh peserta KKN-PPM UGM. Sejumlah kelompok tenunan Songket menjajalkan selendang, wiron dan kain songket di stan kain tenun. Seorang penenun dilengkapi dengan alat tenun tradisional memperlihatkan cara menenun kain songket khas Desa Robek.

Laporan: Jo Mariono/Manggarai-NTT

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya