Turis Malaysia Melongo Gara-gara Lokasi Menakjubkan di Aceh

Wisata Kapal di Atas Rumah
Sumber :
  • VIVA/Dani Randi

VIVA – Salah satu objek wisata yang paling terkenal di Lampulo, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Aceh adalah kapal di atas rumah. Objek wisata itu merupakan saksi bisu sejarah bencana alam gempa dan tsunami 26 Desember 2004 yang meluluhlantakkan tanah serambi Mekah.

Aceh Siapkan 110 Event Wisata di 2020 Demi Gaet 3 Juta Wisatawan

Menjelang hari peringatan tsunami ke-13, wisatawan banyak mengunjungi lokasi wisata tempat mengenang tsunami Aceh ini. Tak sedikit pula wisatawan mancanegara yang ingin melihat langsung sisa-sisa dan bukti kedahsyatan tsunami Aceh tersebut.

Razis Rahim, wisatawan asal negeri jiran Malaysia mengaku kaget ketika melihat keberadaan kapal di atas rumah. Padahal, kata dia, jarak antara lokasi kapal tersebut dengan pinggir laut lumayan jauh.

‘Aceh Halal Tourism’, Branding Baru Pariwisata Aceh

“Saya awalnya sampat bingung, kenapa bisa kapal besar itu ada di atas rumah masyarakat,” ujarnya pada VIVA pada Jumat, 22 Desember 2017.

Setelah ia dan puluhan wisatawan lainnya mendengarkan kisah kapal itu dari pemandu wisata, Razis dan rombongan terharu.

Mampir Yuk ke Buntul Rintis, Tempat Wisata yang Instagramable di Aceh

“Kami juga tidak menyangka bagaimana dahsyatnya tsunami yang melanda daerah ini. Apalagi berkat kapal ini, puluhan orang bisa selamat. Tapi kami yakin, Aceh sudah bangkit dari keterpurukan itu,” kata Razis yang baru pertama kali ke Aceh.

Sementara itu, pemandu wisata kapal di atas rumah mengatakan, menjelang libur panjang, lokasi ini kerap dikunjungi wisatawan. Bukan hanya dari Malaysia, dari Eropa pun sering berkunjung.

Kebanyakan wisatawan, kata dia, ingin mengetahui dan melihat secara langsung tempat ini. 

“Ramainya memang pas bulan Desember. Apalagi tepat tanggal 26. Kebanyakan memang dari Malaysia, tapi banyak juga dari Jepang dan Belanda,” sebutnya.

Wisata Kapal di Atas Rumah

Kapal ini menjadi bukti penting betapa dahsyatnya musibah tsunami tersebut. Berkat kapal ini 59 orang terselamatkan dari bencana tsunami.

Peristiwa besar itu pula yang membawa kapal seberat 20 ton ini tersangkut di atas rumah penduduk di kawasan Gampong Lampulo. Kapal dengan panjang 25 meter ini terbuat dari kayu.

Bagian bawah kapal dicat warna merah, sedangkan badan kapal tampak telah dicat kembali dengan cat minyak berwarna perak.

Beberapa bagian di dinding kapal terlihat mulai lapuk dimakan usia. Lebarnya mencapai 5,5 meter. Bagi para pengunjung keberadaan kapal ini tentu saja akan mengingatkan pada kekuasaan Sang Pencipta. 

Untuk memudahkan pengunjung melihat bagian atas kapal, dibangun tangga datar setinggi lima meter. Seluruh bangunan ini berwarna abu-abu. Dari atas sini pengunjung dapat dengan leluasa melihat bagian dalam kapal dan rumah-rumah penduduk di sekitarnya.

Bagian rumah yang masih kokoh di bawah kapal, sebagian dijadikan museum yang memiliki galeri foto kota Banda Aceh sesaat, setelah, dan sesudah kejadian tsunami. Keberadaan kapal ini bukan hanya untuk mengingat masa lalu, tetapi sekaligus menjadi media edukasi bagi generasi selanjutnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya